Oleh M. Abdullah Badri
PADA malam Selasa, 21 November 2022, ada 10 orang sahabat dari Majelis QifQof yang sowan ke KH. Ali Masykur, Tahunan, Jepara, untuk berijazah amalan Manaqib Lujainud Dani Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.
Sambutan kiai begitu baik. Beliau sangat mendukung bila manaqib diamalkan oleh lebih banyak pemuda di malam itu. Nah, di tengah-tengah obrolan tersebut, Kiai Ali Masykur yang juga Rais Syuriah MWC NU Tahunan itu bercerita tentang shalawat yang jika dibaca sekali menyamai 100 ribu kali sholawat.
Shigatnya dibaca langsung kepada hadirin saat itu. Hapalan. Saya mengikuti. Shalawat itu, kata Kiai Ali Masykur, ditulis oleh Sultan Mahmud Al-Gharnawi yang wafat pada 1030 M., dimana ia mendapatkan shalawat tersebut dari Rasulullah Saw. langsung via mimpi.
"Ibarat sekarang, Sultan Mahmud itu dulu sering telat masuk kantor karena setiap pagi harus merampungkan membaca shalawat hingga 300 ribu kali," kata Kiai Ali. Dalam mimpi, sang sultan setengah diperingatkan Rasulullah Saw. agar tidak melupakan tugasnya sebagai pemimpin. Banyak orang lemah yang membutuhkan bimbingan beliau.
Rasulullah Saw. kemudian memberi solusi kepada sultan yang bisa membuatnya tetap bersholawat dan tetap menjalankan tugas sebagai pelayan umat. Diberilah shalawat itu kepada sultan. Dan diamalkan tiap pagi. Ia cukup membaca tiga kali saja. Waktunya jadi singkat dan tugasnya sebagai sultan tak terbengkalai.
Sejak ber-istiqamah membaca shalawat tersebut, Sultan Mahmud Al-Gharnawi menyibukkan para malaikat pencatat amal. Dalam mimpinya lagi, Rasulullah Saw. menanyakan tentang amalan yang dahsyat itu kepada sultan. Sultan hanya menjawab bahwa ia tidak mengamalkan amal apapun kecuali membaca shalawat yang diajarkan Rasulullah Saw. di mimpinya kala itu.
Kiai Ali Masykur menyatakan, sejak mendapatkan shalawat itu dari Habib Khalid Al-Jufri, tiap waktu Dhuha dibaca bersama santri Ponpes Al-Anwar asuhannya. Tentunya banyak santri yang akhirnya hapal shalawat tersebut.
Karena dibaca oleh seorang sultan, shalawat dari Sultan Mahmud Al-Gharnawi itu dinamai secara luas sebagai shalawat sultan atau shalawat Sulthaniyah. Berikut teks lengkapnya, yang sudah saya tulis dalam bentuk JPEG agar mudah dibaca lewat HP. Bila Anda ingin mengamalkannya, cukup tulis "Qobiltu" di kolom komentar. Kalau itu, saya mengucapkan kalimat "Qobiltu" hingga tiga kali di hadapan Kiai Ali Masykur.
Teks Sholawat Sulthoniyah. |
Setahu saya, ada teks sholawat lain yang keutamaannya setara dengan sholawat Sulthan di atas. Yakni, sholawat Nur Dzati, yang ditulis oleh Syaikh Hasan Syadzili. [badriologi.com]