Pasangan peserta Pilkada Jepara 2024. Foto: istimewa. |
Oleh M. Abdullah Badri
MUSIM Pilkada 2024, Jepara tidak seperti kota-kota sekitarnya. Sepi nyenyet. Dorong-dorongan pas debat antar pendukung kedua calon: Gus Nung-Mas Iqbal dan Mas Wiwit-Gus Hajar (Mawar), tidak ada. Jurus mabuk dua kubu itu tidak sampai ke arus bawah. Lebih ramai Kudus.
Meskipun gambar baliho Gus Nung banyak, tapi Gambar pasangan Mawar ternyata lebih massif terpasang di sudut-sudut desa. Kegiatan berbasis massa dari Mas Wiwit pun tampak lebih ramai daripada lawannya itu. Seolah, alat peraga kampanye memang didominasi oleh pasangan Mawar.
Pun tak tersiar kabar ada berapa ekor Bus Bejeu yang dijadikan ragad kampanye. Mas Iqbal nyantene pol. Sementara itu, Gus Nung terlihat main blusukan sampai ke beberapa tokoh nasional. Kita mengapresiasi itu, tapi untuk menarik minat pemilih, Pilkada butuh gerakan pasukan arus bawah.
Ingatlah kata-kata saya: innamal a'malu bin niyyat, wa innamal pilkada bil manfaat wal berkat. Bila Cabup-Cawabup tak beri manfaat langsung untuk calon pemilih, dan tak ada berkat yang dibawa pulang oleh mereka, fa-innahu ora minat. Dengan kata lain, Pilkada memiliki pasal khusus: laisal fulus, mboten mulus.
Bagi warga Jepara pada umumnya, momentum politik itu laiknya hari raya. Hari H-1 Pilpres lalu misalnya, pasar desa di Jepara dipenuhi emak-emak berdesakan, berbelanja dan bergembira karena merasakan seperti Hari Raya Idul Fitri.
Untuk Pilkada kali ini, sepertinya warga Jepara ikut merayakan Hari Raya Nyepi, yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam ketermenungan tanpa perwakilan suara.
Yang berjargon mulus, saya perkirakan bakal mulus beneran. Merem, dadi. Tapi harus ingat, Rabu Pon besok adalah hari raya. Dan kalau jadi, jangan jumawa sebagai juara. Kudu eling lan ngregani (menghargai). [badriologi.com]
Keterangan:
Artikel ini diposting pertama kali pada 24 November 2024 di Facebook pribadi penulis.