![]() |
Makam Mbah Hasan Wasi, Bandengan, Jepara. |
Oleh M. Abdullah Badri
SALAH satu murid sanad thariqah Sathariyah dari Kiai Faqih Lop-lop Bandengan adalah Kiai Wasi. Makamnya ada di dekat TPA Bandengan, Jepara Kota. Di sekitar tempat inilah, dulu, di zaman Sultan Hadlirin berkuasa di Jepara, Kiai Wasi mendirikan pondok pesantren. Muridnya antara 20-40 orang, naik turun setiap saat.
Salah satu muridnya bernama Mas Jeglong. Dia putra pasangan Umar Said (Tuban) dan Rasiyem (Kayen, Pati). Dinamai Jeglong karena dia lahir di jeglongan (tanah berlobang). Pada usia 12 tahun, dia menikahi istri bernama Lastri, yang saat itu usianya baru 6 tahun.
Saat nyantri ke Kiai Wasi, Jeglong sibuk mengabdi dan berjuang di Bandengan. Terpaksa, istri diceraikan. Kedua anaknya yang masih balita dirawat oleh nenek Rasiyem, seorang bos ikan sukses di Kayen.
Dari Kiai Wasi, Jeglong mendapatkan sanad amalan thariqah, doa akbar dan sholawat Baiti, yang selalu jadi wirid harian sejak nyantri. Saya sendiri tidak paham bentuk teks amalan ini. Barangkali ada yang tahu teks doa akbar dan sholawat Baiti, monggo japri nggih.
Kiai Wasi di Perang Malaka
Terkisah, saat Kiai Faqih Lop-lop silaturrahim ke pesantren Kiai Wasi, dia melihat dua santri bertengkar hingga papan kayu pondok njepat parah akibat tendangan keras. Kiai Wasi tidak marah. Kedua matanya menatap dinding kayu tersebut, dan tiba-tiba kayunya ambles dewe. Kembali ke posisi semula. Saya tidak tahu tentang sebutan ilmu ini.
Melihat hal itu, Kiai Faqih berdinas sebagai pimpinan militer Sultan Hadlirin tertarik menjadikan kemampuan Kiai Wasi untuk membantu pasukan laut yang kapalnya sering kebocoran di tengah laut akibat kencangnya kapal berlayar. Dengan kedipan mata saja, kapal bocor bisa diperbaiki tanpa repot. Begitulah maksud Kiai Faqih Lop-lop merekrut murid thariqahnya itu.
Setelah Kiai Faqih menjanjikan keperluan pondok bakal disuplay pihak Kalinyamat secara penuh, Kiai Wasi siap bergabung. Saat Jepara menyerang Portugis di Malaka, Kiai Wasi melaksanakan tugasnya. Dia membawa serta para muridnya bergabung sebagai tim service kapal rusak. Jeglong ikut di dalamnya.
Jeglong mendapat tugas khusus untuk netheli (melepas) kayu-kayu kapal yang rusak akibat serangan Portugis. Kiai Wasi bertugas mengencangkan kayu itu dengan penthelengan kedua matanya.
Kecamuk perang berbulan-bulan di Malaka membuat Jeglong merindukan damainya hidup di pesantren. Andai bukan gurunya yang memerintah, Jeglong tak mau ikut perang ke Malaka. Dia lebih suka ikut manaqiban dan selamatan, sebagaimana Kiai Wasi merutinkannya di Bandengan.
Perang di Malaka membuat Jeglong sering kelaparan. Jatah makannya sering diambil Kiai Faqih Lop-lop. Haha. Jeglong tidak berani mengambil kembali bila Kiai Faqih Lop-lop meminta. Maklum, Kiai Faqih Lop lebih membutuhkan.
Kiai Faqih Lop-lop sering mutar-muter mengurus prajurit daripada Jeglong, yang hanya tukang service kapal itu. Ususnya mudah mbedhel akibat sering puasa karena terpaksa. Tubuhnya makin kurus. Ngarsepen bin Rakka (prajurit asal India) yang dititipi momong Jeglong pun tak bisa berbuat apa-apa.
Di tengah kelaparan akut tersebut, Jeglong diperintah Kiai Wasi untuk mancik-i kayu yang sedang dipenthelengi-nya. Makin lama dipelototin, kayu kapal makin terus bergerak hingga terlempar dan tubuh kurus Jeglong membentur. Dia terpelanting ke lobang parit (jeglongan), dan wafat syahid di medan perang, Malaka sana.
Mas Jeglong lahir di jeglongan dan wafat di jeglongan pula. Nama memang sering sejalan dengan tarikh hidup pemiliknya. Tak ubahnya Hasan Majmur (Kiai Sentono Pecangaan Wetan), yang sejak hidupnya, dia dimajmur (terlempar) untuk berbuat kebaikan (hasan). Kuburannya pun dilempar Allah dari Demak hingga mencelat (terlempar) ke Pecangaan.
Jenazah Mas Jeglong dibawa pulang ke Jepara, dan dimakamkan di Kayen, Pati. Demikianlah kisah waliyullah yang umurnya hanya 19 tahun. Berkah taat guru, derajatnya seperti syahid fi sabilillah.
Tentang Kiai Wasi, saya belum mendapat kisah lengkapnya. InsyaAllah kapan-kapan, seturut angin saja. Setahu saya, Kiai Wasi adalah tokoh pribumi. Terkait al-hasani-nya, nanti dulu. [badriologi.com]
![Flashdisk Ribuan Kitab PDF](https://i.ibb.co/Jkvddc7/Iklan-FD-Web.jpg)