Ilustrasi gambar burung emprit |
ADA 40 hadits yang ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abu Bakar dalam Kitabnya Ushfuriyyah. Hadits pertama yang diulas adalah tentang rahmat. Begitu pentingnya pembahasan rahmat ini, Al-Qur’an menyebut kata tersebut hingga 145 kali dengan 14 macam makna yang terkandung di dalamnya, sesuai konteks.
Allah Swt. sebagai
sumber rahmat sudah menegaskan bahwa
bahwa siapapun akan menerima rahmatnya di dunia ini. Namun, memberi rahmat
kepada liyan adalah laku khas para muhsinin (yang berbuat baik). Meski
demikian, siapa pun yang telah dibukakan rahmat-Nya oleh Allah, ya fala
mumsika laha (tidak ada yang bisa nyegemek/menahan-nya).
Termasuk
kisah tentang burung emprit yang pernah dibeli oleh Sayyidina Umar r.a dari
anak kecil semasa hidupnya. Ceritanya, saat jalan-jalan di pinggiran kota,
Sayyidina Umar melihat anak yang sedang asyik bermain dengan burung cuwilik
(kecil) tersebut.
Pemandangan
biasa sebetulnya, sebagaimana kita masih bisa menyaksikan hal itu hingga kini.
Karena
kasihan dan iba, burung itu akhirnya dibeli oleh Sayyidina Umar dan lalu
dilepas agar terbang bebas. Beliau ini dikenal sebagai khalifah yang tegas dan
galak, tapi kepada burung, hatinya tersentuh.
Saat beliau wafat,
banyak para sahabat Nabi yang bermimpi (ro’ahu al-jumhur), dimana dalam
mimpi tersebut mereka bertanya, “apa balasan Allah di alam barzakh?”.
Dalam Kitab
Ushfuriyah, muallif (pengarang) menyeritakan jawaban Sayyidina Umar bahwa di
alam sana, Allah telah memberi pengampunan dan menghapus segala dosa Sayyidina
Umar semasa hidup.
“Atas
alasan apa? Karena kedermawanan, keadilan, atau kezuhudan Anda?” Para sahabat
masih mengejar tanya, masih di alam mimpi juga.
“Ketika
kalian meletakkanku di maqbarah, menguburku dengan tanah, dan kalian
meninggalkanku sendirian di sana, datang dua mala’ikat menakutkan, yang saking haibah
nya, pikiranku jadi kacau dan sendi-sendi tulangku lunglai, memang karena
besarnya aura dua mala’ikat itu,” jawab Sayyidina Umar.
“Kedua
mala’ikat itu mendekatiku dan meminta duduk (dengan tenang). Namun saat mereka
ini hendak mengutarakan pertanyaan kubur, tiba-tiba aku mendengar hatif
(suara tanpa rupa), ‘hai kalian berdua (mala’ikat), tinggalkan hamba-Ku itu,
dan jangan kau takuti dia karena aku sudah memberi rahmat padanya, mengampuni
dosa-dosanya karena jejak nya semasa hidup di dunia pernah memberikan rahmat
kepada burung emprit dan karena itu aku merahmati-nya fil uqba (di alam baka),’”
demikian lanjut kisah Sayyidina Umar.
Makna Rahmatan Lil Alamin
===
Itulah hikayat
pertama yang dikisahkan Syeikh Abu Bakar ketika menjelaskan hadits pertama dalam
Kitab Ushfuriyah, yang berbunyi:
الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Artinya:
"Orang-orang
yang berbuat kasih sayang, Allah Ar-Rahman akan berkasih sayang kepadanya. Berbuat
kasih sayanglah kamu semua kepada semua makhluk yang ada di bumi, niscaya semua
makhluk yang ada di langit akan berkasih sayang kepada kamu semua." (H.R Ahmad, Abu Daud At Tarmizi dan
Al Hakim).
Inti,
rahmat itu mengalahkan segala hal dan bentuk pahala ibadah apapun. Hanya karena
rahmatnya kepada seekor burung, semua jenis kebaikan bernama kepemimpinan yang
adil, dermawan dan zuhud pun, kalah kelas dengan rahmat Allah, hal penting yang
membuat Allah Al-Khaliq (Maha Pencipta segalanya) menciptakan Kanjeng
Nabi Muhammad Saw., makhluk termulia yang tanpa beliau lahir, alam raya ini
tidak ada.
Sejatinya,
wujudnya alam ini karena rahmat Allah, dan titik dimulainya rahmat itu ada di
Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Itulah makna rahmatan lil alamin yang saya
pahami sejak ngaji di pesantren bersama para kiai saya.
Bagaimana
jika ada orang yang menyebut Kanjeng Nabi tidak bisa mewujudkan rahmatan lil
alamin sebelum terbentuknya khilafah ala manhajin nubuwwah? Wallahu
a’lam. Bagaimana jika menyebut Kanjeng Nabi adalah sesat sebelum diutus sebagai
Rasulul aalam? Wallhu a’lam.
Saya hanya menangis
saja kala mendengar pertama kali Kanjeng Nabi disebut begitu oleh
mereka, dan ingin rasanya saya bertanya kepada manuk emprit yang suka menclak-menclok
di pekarangan padi itu. Piye carane menclok, nuk? Tanyaku.
Dia diam
karena saya khusnudzon sang manuk selalu dzikir dan senantiasa mensyukuri
maujud-nya sebagai burung di dunia ini karena Allah sangat mencintai Kanjeng
Nabi, hingga si emprit ikut diciptakan pula tentu. Manuk emprit sadar betul
hakikatnya.
Ila ruhi
ushfuri Sayyidina
Umar radliyAllahu anhu, Al-Fatihah! [badriologi.com]
Keterangan:
Artikel ini adalah dokumentasi Ngaji Malam Kemisan (Pon), 03 Dzulhijjah 1439 H/15 Agustus 2018.