Saat diskusi dan rapat bersama PP Matan di Pekalongan, Jumat (07/09/2018) siang. |
Oleh temannya, Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan dianggap sebagai dukun sakti. Meski pendapat itu salah, Pak AS tetap datang ke Pekalongan. Niat minta obat cepat menjadi kaya setelah bangkrut.
Datang ke ndalem, Pak AS jengkel karena lama banget tidak ditemui oleh Abah Luthfi. Kehendak hati, ia ingin cepat dapat doa, dan pulang diberi oleh-oleh cepat kaya raya.
"Saya sudah ke sini ternyata tidak ditemui. Saya tunggu tujuh menit kalau tidak datang, saya balik Jakarta saja," ujarnya, mbatin.
Entah itu ucapan jengkel sesungguhnya atau test cash, saya tidak tahu. Cerita Kang Syukron Makmun menyebutkan, sesuai jadwal "tantangan" batin Pak AS itu, Abah Luthfi langsung menemui.
Keramat Habib Luthfi
"Saya di rumah sendiri, kenapa dipaksa harus diatur oleh tamu?" Kata Abah Luthfi menyindir tamu tak tahu diri itu, ditirukan Kang Makmun.
Seketika Pak AS langsung tobat dan menangis di hadapan Abah Luthfi. Ia minta maaf sejadi-jadinya. Ia mengaku, awalnya dia warga ormas sebelah, yang jelas tidak percaya karamah, apalagi percaya waliyullah.
Barokah bertemu Abah Luthfi, nyantri secara simultan, dan nyambung terus, ia akhirnya mendapatkan tugas sebagai penyandang "keramat dadakan". Kini, berkah mulazamah dengan Abah Luthfi, banyak warga membutuhkan kalimat bijak dan nasihatnya, yang terbukti cespleng.
Pejabat, birokrat, politisi, pengusaha, banyak yang membutuhkan Pak AS. Bukan cuma percaya wali, ia malah berposisi sebagai "badal" waliyullah, Abah Luthfi.
Cerita ini saya dapatkan saat pulang ngaji dari Kanzus Shalawat Pekalongan, Sabtu (08/09/2018). Dituturkan langsung oleh shahibul hikayat kepada Kang Syukron Makmun, Bugel, Kedung, Jepara. [badriologi.com]