Habib dalam majelis Kliwonan Pekalongan. Foto: istimewa |
Saya masih ingat betul kalimat beliau soal ajaran wahabi yang dikit-dikit kafir, kafir kok sedikit tersebut. Bisa saja, kata beliau, ajaran wahabi akan hilang dengan cepat dari bumi Nusantara, Indonesia. Tapi bukan tidak mungkin akan digantikan dengan episode ideologi yang anti Tuhan. Beliau menyebut dengan bahasa "freedom".
Itulah tantangan yang menurut Abah Lutfhi lebih berat dari massifnya gerakan ajaran "paling merasa dekat dengan Tuhan", wahabisme. Beliau mengingatkan, bisa saja kultur anti Tuhan ditemui pada generasi anak cucu kita. Saya kagum, sampai segitu jauhnya cara Abah Luthfi memandang tantangan peradaban.
Karena Matan bagian dari harakah sufiyah anak muda yang ber-thariqah, hal itu jelas jadi tantangan berat. Gaya hidup bebas (freedom), jelas vis a vis dengan garis perjuangan tarekat yang mengikuti gaya hidup freedom ala Allah, bebas tapi mengikuti arus kehendak Allah sebagai abd (kawulo).
Abah Luthfi sampai kuatir jika orangtua biologis kelak tidak dihormati karena virus gaya hidup bebas. Apalagi makam-makam para auliya' dan pendiri bangsa. Bisa jadi akan dihilangkan ruhnya, sehingga bangsa ini akan jadi bangsa yang tidak lagi memiliki teras dan alas sejarah.
Sebegitu jauhnya prediksi Abah Luthfi soal itu hingga mengingatkan kader Matan untuk tetap terus menjadi generasi yang terdidik secara intelektual dan spiritual. [badriologi.com]