Puluhan mahasiswa KPI IAIN Kudus saat kunjungan redaksi ke LTN NU Jepara, di mushalla Gedung NU Jepara, Senin siang (18 Maret 2019). Foto: dokumen pribadi. |
SEBANYAK 33 mahasiswa/wi IAIN Kudus melakukan kunjungan ke redaksi NU Jepara pada Senin siang, 18 Maret 2019. Di mushalla gedung NU Jepara, Jl. Pemuda 51, mereka ditemui oleh Ketua baru Pengurus Cabang Lajnah Ta’lîf wan Nasyr (PC LTN) NU Kabupaten Jepara Syaiful Mustaqim bersama saya, Ainul Mahfudz dan Gigih Firmansyah.
Mereka datang untuk belajar menulis feature ke NU Jepara karena mendapatkan tugas dari dosen yang mengampu mata kuliah di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Kudus. Gigih kemudian memaparkan tentang apa itu feature (reportase berkisah) dan bagaimana cara menulis dengan baik dengan format feature.
Feature adalah bentuk penulisan yang menuliskan info faktual (berbasis data), karena melibatkan giat reportase yang dikemas dengan cara mendetailkan ceritanya, dan oleh karenanya, feature cenderung berkisah, mendidik, meyakinkan, menyentuh empati atau membangkitkan simpati pembaca.
Jika dalam penulisan berita harus ada kelengkapan 5W+1H dan tidak boleh beropini, maka dalam feature, penulis boleh menyisipkan opini atau asumsi untuk melengkapi fakta yang dibincangkan dalam tulisannya. Ia juga tidak harus lengkap menyertakan unsur 5W+1H nya —meski dengan menyertakan unsur tersebut tentunya lebih baik.
Mengapa begitu? Yang ditekankan dalam feature adalah human interestnya (kemanusiaannya) daripada unsur kejurnalistikannya belaka. Penulis feature harus peka melihat fenomena yang hendak dia tulis. Dengan itu, hal sepele seperti onggokan sampah di perempatan, bisa ditulis menjadi karya menarik yang menyentuh sisi humanisme pembaca.
Jika ditulis dalam bentuk berita, barangkali pewartanya hanya memerlukan jawaban atas sebab onggokan sampah itu terjadi dan mengapa demikian. Feature lebih detail lagi. Penulis feature laiklah ia bisa menggambarkan onggokan sampah itu sejak dari bau busuk yang tercium, lalat yang berterbangan dan lalu lalang warga yang kelihatan tidak peduli. Misalnya.
Dari penggambaran peristiwa aktual dan faktual secara detail itulah, feature bisa menyentuh sisi humanisme pembacanya. Dalam feature, pembaca tidak hanya mendapatkan informasi peristiwa, tapi juga memahami psikologi kronologis atas peristiwa. Ironi, kecewa, gembira, marah, dll, akan muncul dari para pembaca feature.
Contoh Tulisan Feature
Kala itu, saya hanya meminta para mahasiswa yang datang itu untuk membaca contoh di blog badriologi.com ini. Mereka membuka esai feature saya berjudul: Kebiasaan Mbah Makshum Lasem Sowan ke Para Santri “Ngisor Gedang”.Setelah membaca, mereka saya minta untuk mencari unsur 5W+1H dan bagian pendalamannya yang ada unsur human interest. Hasilnya, mereka menemukan, berikut:
- Who/Siapa: 8 orang santri TBS alumni 2005
- What/Apa: Silaturrahim ke para masyâyikh
- When/Kapan: Jumat sore (15 Maret 2019).
- Why/Mengapa: Lama tak bersua
- Where/Dimana: Kudus (tidak perlu detail rt/rw)
- How/Bagaimana: Terjadi dialog penuh hikmah
Unsur humanismenya:
- “Santri-santriku kok rumahnya banyak yang di bawah pisang (ngisor gedang) yah, tidak ada yang hidup di tengah kota”.
- “Alhamdulillâh, aku seneng banget kalian masih ingat saya. Apalagi kalian doakan,” ujar Kiai Ahmadi, yang kala itu nampak keberatan berjalan karena kakinya yang diserang penyakit.
- Masih adakah kiai yang sudi tilik (mengunjungi) santrinya hingga ke ngisor gedang begitu? Sebaliknya, mengapa kini justru para santri selalu minta doa dan ijazah kepada para kiai sepuh, meski beliau sakit? Mengapa mereka bukannya yang justru mendo’akan?
Usai presentasi feature, tim LTN kemudian membagi semua mahasiswa yang hadir menjadi 8 kelompok (ada yang terdiri atas 4-5 mahasiswa), yang sebelumnya sudah diklasifikasikan oleh dosen kelas mereka di kampus IAIN Kudus.
Ketua LTN NU Jepara Syaful Mutaqim (kanan), saat memberikan kata sambutan. Foto: dokumen pribadi. |
Kelompok 1: Lebih Baik Kemisan Daripada Ngemis
- Wakhidatus Syarifah
- Anisak Iftihana
- Jauharuddin
- Indri Tri Rizqi
- Usharti Nafi'ah
Kelompok 2: Siapa Bilang Santri Cuma Bisa Begini
- Muhammad Machreza Yusuf
- Lailisna Yuni Maulida
- Choirun Niam
- Nur Miatun
Kelompok 3: Menjadi Siswa Kere yang Aktif
- Afifa Nurul Firdaus
- Tri Setianingrum
- Lulun Ayu Widiana
- M. Abdul Mun’im
Kelompok 4: Langgar "Pesantren" Dalem Kudus
- Elvira Azkiya
- Arina Fawa Ida Khayati
- Sofwan Idris
- Syahril Siddiq
Kelompok 5: Awal Mula Tradisi Apem Muncul di Undaan, Kudus
- Khoirun Nisa'
- Vita Setya Aji
- Juli Dwi Wulandari
- Farkhatus Sholihah
Kelompok 6: Memilih Jadi Mahasiswa Penggerak
- Bayu Awalul Budiana
- Tsania Shifaunnawa
- Amalia Eldina
- Khusnul Khotimah
Kelompok 7: Ironi Sampah di Perempatan Ini
- Nilutthohiroh
- Miftah
- Lailatus Syahadah
- Ina Khoirun Nikmah
Kelompok 8: Hilangnya Tetes Air Muria
- Alaika Rizqi Bastian
- Millatul Mardhiyyah
- Siti Hidayati
- Muhammad Atho'ur Rahman
Semua judul di atas akan ditulis 3 halaman full untuk dinilai dan diedit oleh tim LTN, dimuat dalam Buletin Ta’lif terbitan LTN NU Jepara, sebelum kemudian diserahkan kepada dosen masing-masing.
Mereka berjanji, Jumat depan (22 Maret 2019) semua tulisan sudah dikirimkan via email ke tim LTN NU Jepara, lengkap dengan foto-foto giat reportasenya. Semoga dapat nilai A yah. Awas ora dadi! [badriologi.com]