Ilustrasi Kisah Sahabat Ali yang diprotes kaum khawarij. Foto: istimewa |
TENTANG keutamaan mencari ilmu, banyak hadits Nabi yang mewajibkannya. Tapi dalam Kitab Ushfuriyah, ada dua hadits yang dikutip oleh muallifnya, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfuri, berikut ini:
Pertama, Rasulullah Saw. bersabda,
من تعـــلم باباً من العلم ينتــــفع به في أخرته و دنياه أعطاه اللهُ خيراً له من عمــر الدنيا سبعة ألاف سنةٍ صيـــام نهـــارها وقيـــام ليــــاليها مقبولا غير مردودٍ.
Artinya:
"Barang siapa yang belajar satu bab saja tentang ilmu, yang baginya bermanfaat untuk kehidupan akhirat dan dunia, Allah akan memberinya kebaikan seperti dia melakukan puasa siang hari dan qiyâmul-lail malam hari, yang diterima selama 70 ribu tahun tanpa tertolak,
Hadits kedua, Rasulullah Saw. bersabda,
قراءة القرأن أعمال المكــفّــيّين والصلاة أعمال اللأعاجز والصوم أعمال الفقرَاء و التســبيح أعمال النساء والصدقة أعمل الأسخيـــاء والتفكر أعمال الضعفــاء ألا أدلّكم على أعمال الأبطال؟ قيل يا رسول الله وما أعمال الأبطال؟ طلب العلم فإنّه نور المؤمن فى الدنيا والأخرة.
Artinya:
"Membaca Al-Qur'an adalah amal ibadah orang-orang yang berkecukupan, shalat adalah ibadah para orangtua, puasa merupakan amal orang-orang faqir, membaca tasbih adalah amalan para perempuan, sedekah ialah amalan orang-orang dermawan, dan berpikir adalah amalan orang-orang kalah (dhu’afâ’). Mau kalian aku tunjukkan amal para pemberani?, ‘Dijawab, ya Rasul, apa amalan para pemberani itu?’. Rasulullah menjawab: Mencari ilmu. Karena ia adalah cahaya seorang mukmin di dunia dan akhirat”.
Kedua hadits di atas adalah riwayat dari Ibrahim, dari 'Alqamah, dari Abdullah bin Ma'ud ra.(untuk hadits pertama, sementara hadits kedua hanya disebut riyawatnya dari Abdullah saja).
Hadits tentang Keutamaan Ilmu Pengetahuan
Hadits tentang keutamaan mencari ilmu juga disabdakan oleh Rasulullah dalam hadits lain (yang dikutip Ushfuriyah), berikut ini haditsnya: "Aku adalah kota ilmu pengetahuan, sementara Ali adalah pintu gerbangnya".Namun, ketika hadits itu didengar oleh orang-orang Khawarij, muncul kedengkian di antara mereka. Sepuluh orang tokohnya berkumpul untuk membuktikan Ali sebagai pintu gerbang ilmu pengetahuan —sebagaimana Nabi Saw. mengatakannya.
Mereka sepakat akan mendatangi Sayyidina Ali ra. dan memberinya satu ujian pertanyaan yang sama.
"Kita lihat, bila satu pertanyaan dijawab dengan jawaban yang berbeda-beda, kita akui dia orang alim," kata mereka.
Satu persatu dari mereka datang kepada Sayyidina Ali ra. Mereka benar-benar menguji Sayyidina Ali ra. dengan satu pertanyaan: “mana yang lebih utama, ilmu atau harta?”
Tapi, oleh Ali, pertanyaan itu dijawab dengan hanya satu jawaban saja, yakni Ilmu. Uniknya, alasan atas satu jawaban itu berbeda-beda. Berikut alasan Sayyidina Ali ra. yang selalu menjawab “ilmu lebih utama daripada harta”:
- Ilmu adalah warisan para Nabi, sementara harta adalah warisan Qarun, Syadad, Fir'aun dan semacamnya.
- Ilmu menjagamu (dari banyak salah), dan harta, engkaulah yang harus menjaganya.
- Orang berharta, musuhnya banyak, sementara orang yang berilmu, sahabatnya banyak.
- Ketika engkau menggunakan hartamu, ia akan berkurang. Sebaliknya, jika ilmu yang kau miliki engkau amalkan, justru ilmu akan bertambah.
- Orang berharta rentan disebut pelit dan pengundat-undat, sementara orang berilmu identik dengan kemuliaan dan keagungan.
- Ilmu bisa mencegah dari aktivitas pencuri, sementara harta tidak demikian.
- Besok di Hari Kiamat, orang berharta akan dihisab, sementara orang alim justru dia bisa memberi syafaat.
- Seiring waktu, sifat harta pasti akan lapuk dan sirna. Tapi ilmu tidak mengalami lapuk dan kesirnaan.
- Harta bisa membuat hati menjadi keras. Sementara ilmu justru menjadi penerang hati.
- Orang berharta identik dengan budak hartanya. Sementara orang berilmu, identik sebagai budak (hamba) Allah.
Karena alasan-alasan itulah, Sayyidina Ali ra. selalu menjawab “ilmu lebih utama daripada harta”.
"Andai mereka bertanya semua, aku bersedia menjawab dengan jawaban yang sama sekali berbeda, selama aku masih hidup," terang Sayyidina Ali ra.
Sejak kejadian tersebut, orang-orang Khawarij yang protes itu taslîm (mengakui) bahwa Ali, seperti sabda Nabi Muhammad Saw., adalah gerbang ilmu pengetahuan.
Baca kisah sebelumnya tentang tema yang berbeda. Klik judul Syaikh Al-Maturidi Gagal Memenuhi Perintah Guru (Ngaji Ushfuriyah Bagian 6).
Ngaji Ushfuriyah berlanjut edisi “Hadist ke-5 Kitab Ushfuriyah”, dilengkapi kisah Syahadat yang mensyafaati seorang pendosa besok di Hari Kiamat. InsyaAllah segera ditulis. [badriologi.com]
Keterangan:
Esai ini adalah dokumentasi Ngaji Malam Kemisan (Pon), 10 Muharram 1440 H/19 September 2018.