Oleh M Abdullah Badri
CIRI orang yang Arif Billah (yang makrifat kepada Allah Swt.) sebagaimana dituturkan oleh Sayyina Ustaman bin Affan ada 4, yakni:
1. Hatinya selalu diliputi ketakutan dan sekaligus harapan.
Takut yang dimaksud dalam hal ini adalah makrifat hati mengenal keagungan Allah Swt., mengenal sifat Maha Memaksa Allah, mengenal sifat Maha Kaya Allah tidak membutuhkan sama sekali mahkluk-makluknya, dan paham bahwa Allah Swt. sangat pedih siksanya kepada makluk-makluknya yang melakukan maksiat.
Dari situlah orang yang Arif Billah mencapai tahapan makrifat keagungan Allah Swt., dan dari sana muncul buah amal berupa menjauh dari maksiat.
Sementara, makna berharap dalam maqalah Sayyidina Ustman ini adalah kesadaran hati (makrifat hati) atas luasnya rahmat Allah Swt. serta agungnya anugerah Allah Swt. dan sadar keindahan balasan janji-janji Allah Swt. kepada mereka yang taat kepada-Nya.
Baca: Hutang Lunas dengan Berbakti Kepada Orangtua
Dari sini, orang yang Arif Billah bisa memiliki kesadaran tinggi dan kebahagiaan mengharap Allah Swt. Tujuan sikap berharap adalah untuk berlomba-lomba melakukan amal kebaikan.
Rasulullah Saw. bersabda,
ما اجتمع الرجاء والخوف فى قلب مؤمن إلا أعطاه الله عز وجل الرجاء وأمّنه من الخوف
Artinya:
"Tidak ada balasan atas beretemunya sikap roja (berharap) dan khouf (khawatir/takut) dalam hati orang mukmin kecuali Allah Azza wa Jalla memberinya harapan dan mengamankannya dari ketakutan". (HR. Thabrani).
2. Lisannya penuh dengan ucapan memuji Allah Swt. sekaligus mengagumi-Nya.
3. Mata pandangnya diliputi dengan akhlak: malu kepada Allah dan sekaligus mudah menangis. Rasulullah Saw. bersabda,
لو أن بكاء داود وبكاء أهل الأرض يعدل بكاء أدم مـــا عدله
Artinya:
"Andai tannginya Nabi Dawud dan tangisan ahli bumi dikumpulkan, tidak akan bisa menandingi (saking pedihnya)". (HR. Ibnu Asakir).
4. Keinginan(syahwat)nya selalu bisa dihindari sekaligus ridha kepada Allah. Ia lebih memilih meninggalkan kesenangan dunia untuk mencari ridha Rabb-Nya.
Maksudnya, orang yang Arif Billah itu ketika dia "memaksa diri" meninggalkan keinginan hatinya, padahal saat itu dia sangat mengingingin, ia selalu iringi dengan sikap selalu ridha lebih menginginkan iradah Allah Swt. daripada keinginan dirinya. Ini lebih sublim daripada ikhlash.
Baca: Mbah Malik Kedungmutih, Wali Nyentrik yang Menjuluki Habib Luthfi Begini
Mengapa? Karena orang yang Arif Billah bukanlah muridun (orang yang bebas meraih keinginan), tapi muradun (yang diinginkan Allah saja yang dia lakukan dan dia relakan).
Demikian 4 ciri seorang Arif Billah, seperti ditulis dalam Kitab Nasha'ihul Ibad (Bab Tsumani), disyarah oleh Syeikh Nawawi al-Bantani dan saya terjemahkan setelah ngaji posonan tiap sore bersama warga desa, Senin Pon (13 Mei 2019/8 Ramadhan 1440 H). [badriologi.com]