Oleh M Abdullah Badri
BERSAMA beberapa kiai dan kolega, pasca menghadiri acara pernikahan putri Rais Aam PBNU, KH. Miftahul Akhyar, 20 Juni 2019, KH. Said Aqil Siraj meluncur ke Soto Pak Sadi di Jl. Ambengan Surabaya. Rombongan Kiai Said antara lain KH. Ali Masyhuri dan Menteri BUMN, Rini Soemarno.
Karena masuk berombongan, Kiai Said tidak begitu nyadar kalau pas masuk ke resto itu ternyata ada Sugi Nur Raharja, orang yang selama ini menghinanya serta menghina NU secara frontal dan tidak kenal ampun di mimbar bebas bicara.
Meski mengetahui ada Sugi Nur di meja makan setelah meja Kiai Said, Gus Ali Masyhuri hanya tersenyum dan diam, tidak memberitahukan keberadaan Sugi di sudut sana. Sementara, Kiai Said masih saja asik ngobrol dengan kolega lainnya di meja makan tersebut.
Baca: Sugi Nur "Pembalut Samijo"
Ajudan pribadi Kiai Said yang saat itu ada di ruangan resto soto Pak Sadi terpaksa tidak ikut bareng se-meja makan rombongan karena tempat duduknya penuh. Ia kemudian berinisiatif sendiri mencari tempat duduk kosong, yang ternyata bersebelahan dengan Sugi.
"Innalillah, kenapa gue deket si Sugi," gumam Kang Sofwan, ajudan Kiai Said.
Ia baru sadar berdekatan dengan penceramah nan provokatif tersebut setelah ada yang memberitahu dengan lirikan mata, "tuh, ada Sugi, mau makan bareng sama dia kagak," bisiknya, dengan isyarat kedip mata. Glodak, gubrak. Hahaha.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj saat memberikan ceramah di acara Haflah Akhirussanah dan Halal Bihalal Yayasan Hadziqiyah di Jepara, 21 Juni 2019/18 Syawwal 1440 H. (Foto: dokumen pribadi). |
Sofwan kemudian berpindah tempat duduk karena kuatir "dicakar" olehnya di tempat. Alhamdullillah, kekuatiran itu tidak terjadi. Bahkan Sugi makin menunjukkan wajah kaget, makin diam dan terus menundukkan kepala. Tidak segarang seperti tampak dalam ceramah.
Apa keperluan Sugi Nur Raharja di Surabaya? Apalagi selain sidang kasus pencemaran nama baik, yang pada Kamis (20 Juni 2019) hari itu, ia sempat dikabarkan emosi karena saksi tidak hadir dalam ruang sidang.
Di resto Soto Pak Sadi Ambengan, Sugi tidak berani mengeluarkan uneg-uneg langsung ke Kiai Said dan rombongan. Padahal, bila dia memang merasa benar, harusnya saat itu adalah momen paling pas untuk mengeluarkan caci-maki atau apalah-apalah yang membuatnya puas berceramah ria di hadapan Ketua Umum PBNU seperti biasa dihabisi olehnya secara langsung dan tidak langsung, di mimbar congor (mulut) yang penuh binatang buas dan telek itu.
Baca: Jejak Wudlu Syaikh Subakir di Cikmas Karimunjawa - Airnya Tawar Meski di Laut
Bersama wanita bercadar, Sugi terus menunduk tak berkutik, dan meluncur tanpa pamitan kepada orang yang selama ini dosanya terus dihapus olehnya, berkah ceramah tidak mutunya, di mimbar-mimbar politik atas nama agama.
Cuma segitu saja keberaniannya yah. Hmmm. [badriologi.com]
Keterangan:
Esai ini ditulis berdasarkan keterangan ajudan KH. Said Aqil Siraj di Jepara di Hotel Syailendra, Jepara, Sabtu dini hari, 22 Juni 2019, usai mengisi Haflah Akhirussanah dan Halal Bihalal Yayasan Hadziqiyah, Jepara (Jumat malam, 21 Juni 2019), pimpinan Ketua PCNU Jepara, KH. Hayatun Abdullah Hadziq.