Salah satu aksi kiai terbang dalam acara HUT. Foto: Liputan6.com |
Oleh M Abdullah Badri
NAMANYA Selamet. Bertahun-tahun dia menjadi santri yang sering mendampingi KH. Afif Zubaidi Banjaran, Bangsri, Jepara ketika tindakan (bepergian ke luar kota). Termasuk saat Kiai Afif Zubaidi hendak pergi ke acara haul gurunya, Habib Abdul Qadir.
Dari rumah, mobil sebenarnya sudah disiapkan oleh Kang Selamet untuk menuju acara haul. Sayang, ketika itu, ternyata mobil yang akan dipakai tiba-tiba mesinnya rusak, macet, mogok, tak bisa dipakai perjalanan jauh. Sementara acara haul akan segera berlangsung.
Mungkin karena Kiai Afif ingin segera ke acara haul, beliau akhirnya masuk ke dapur. Saat itu Kang Selamet kebetulan sekali ada di dapur rumah Kiai Afif juga, karena dia memang sering ke dapur untuk keperluan menyiapkan makanan keluarga kiai, seperti kesehariannya.
Baca: Tradisi Takbiran Adat "Laa Ilaha Ilola - Uu Lilo Lel Kam" Desa Sukodono, Jepara
Kang Selamet merasa aneh karena saat mobil mogok dan tengah diperbaiki, Kiai Afif justru mencari panci, tidak memerintahkan secepatnya mobil beres. Kaki beliau kemudian dinaikkan ke dalam panci masak tersebut, dan wuss, Kiai Afif terbang ke acara haul.
Saking kaget tidak percaya, Kang Selamet seperti terkunci mulutnya. Ia mendadak tidak bisa bicara selama empat tahun. Ia membisu walaupun paham atas apa yang diucapkan oleh orang-orang yang di hadapannya.
Setelah Kiai Afif Zubaidi wafat, Kang Selamet baru lancar berbicara. Seolah gembok mulutnya yang terkunci sudah terbuka. Seolah kebisuannya adalah tanda ia diwajibkan Kiai Afif Zubaidi agar merahasiakan apa yang telah dilihatnya kala itu selama Kiai Afif masih hidup.
Meski keramat Kiai Afif Zubaidi sempat membuat Kang Selamet membisu, ternyata, oleh putra Habib Neon Surabaya, ia masih dianggap sebagai kiai yang masih memiliki sifat hubbud-dunya, alias kedonyan (suka harta).
Kang Hadi, menantu Mbah Hasbani asal Boyolali (kanan) saat menceritakan kisah yang penulis catat dalam esai ini, Selasa malam (25 Juni 2019) bersama Mas Lilik (asli Grobogan). |
Ceritanya begini:
Saat sowan ke putra Habib Neon Surabaya, Kiai Afif menunggu di ruang tamu karena santrinya yang ikut nderekke, diminta memijat putra Habib Neon di ruang dalam yang bersebelahan dengan ruang tamu ndalem beliau.
Tiba-tiba putra Habib Neon bilang ke Kiai Afif Zubaidi, "itu barusan tadi ada Kanjeng Nabi Muhammad di depan rumah, kamu lihat tidak?"
Baca: Bertemu Kiai Said, Sugi Klepek-klepek Tak Berkutik Bersama Wanita Bercadar
"Di mana Bib, saya tidak melihat apa-apa," jawab Kiai Afif sambil keluar rumah, malihat kanan-kiri.
"Kamu masih suka harta, bila sebiji dzarroh masih terselip suka harta di hatimu, kamu tidak akan bisa melihat Rasulullah Saw., padahal cahayanya tadi ada di sana, yang harusnya kamu bisa melihatnya".
Jawaban putra Habib Neon membuat Kiai Afif menangis. Lama sekali beliau merenungi ucapan putra Habib Neon tersebut dalam shalatnya. Kapan hatinya bersih dari cinta dunia? Begitu gumam Kiai Afif.
Sebegitu keramatnya Kiai Afif Zubaidi saja masih disebut putra Habib Neon Surabaya sebagai kiai yang masih cinta dunia, lalu, bagaimana dengan kita semua? Allah kariim. Nastaghfirullah. [badriologi.com]
Keterangan:
Cerita ini adalah dokumentasi hasil obrolan penulis dengan Kang Hadi (Selasa malam 25 Juni 2019), yang pernah mengabdi kepada KH. Afif Zubaidi, Banjaran, Bangsri, Jepara, sebelum kemudian mengabdi sebagai santri ndalem Habib Zen Hanggawi, Pecangaan dan Habib Husain Al-Haddad, Mlonggo.