Gus Muwafiq saat ceramah maupun di rumah, pakaian formalnya tetap peci hitam, kaos atau baju putih. |
BAGI kebanyakan para penceramah, pakaian khas biasanya dibentuk sebagai penanda citra sebagai orang yang ahli agama. Jubah, peci, gamis, dan atribut pakaian lainnya biasa menjadi alat politik membentuk kesan kepada pendengar sekaligus membangun komunitas pendengar yang setia.
Bagi kiai NU dan termasuk Gus Muwafiq diantara, hal itu tidak berlaku. Bagi Gus Muwafiq, pakaian paling formal ya memang peci hitam dan pakaian putih. Baik saat di rumah maupun di mimbar ceramah, pakaian itu selalu dipakai.
Baca: Mengapa Gus Muwafiq Tidak Segera Mendirikan Pesantren? Ini Kata Gus Dur
Meskipun memiliki pakaian formal serba putih -kadang dilengkapi selendang hijau saat ceramah, Gus Muwafiq tidak pernah sungkan menemui para tamunya meski tidak berkaos dan tidak berpeci. Bahkan, bila tamu itu datang saat beliau sedang bertelanjang dada misalnya, ya tidak perlu repot malu dan mendadak kaget harus mengambil pakaian formal dengan segera.
Gus Muwafiq tidak mau direpotkan mengikuti fashion khas. Bagi beliau, mengikuti fashion ala kiai biar dianggap kiai benar-benar bikin capek. Banyak yang menawari beliau rumah mewah dan besar, tapi tidak pernah diiyakan karena rumahnya yang sekarang saja sudah kebanyakan tamu.
"Yang dicari bukan rumah saya kan, tapi saya. Yang dicari mereka ceramah saya, bukan fashion saya," kata Gus Muwafiq.
Baca: Usai Ceramah Gus Muwafiq di Istana, Banyak Duta Besar Menangis
Berjubah terus menerus dan pakai udeng-udeng, selain merepotkan diri juga menjadi beban tersendiri bagi Gus Muwafiq. Beban itulah yang membuat Gus Muwafiq menghindari fashion tersebut. Meski disebut sunnah, bila niatnya berpakaiannya saja tidak lurus, beliau khawatir justru jadi penanda kemunafikan. [badriologi.com]
Keterangan:
Substansi esai di atas saya sarikan dari hasil ngaji ngobrol santai bersama Gus Muwafiq, Ahad (2 Juni 2019) malam.