Gus Muwafiq (paling kiri, atas) saat menemani Gus Dur ziarah ke Wonosobo, makam yang baru ditemukan. Foto: istimewa. |
Oleh M Abdullah Badri
SEBUT saja Jambul, bukan nama sebenarnya. Ia adalah seorang preman yang memiliki latar belakang kenakalan tak karu-karuan. Usai masuk penjara, ia kembali lagi ditahan karena melakukan giat kejahatan yang berulang. Jambul juga biasa mabuk.
Ingin tobat dengan sebenar-benarnya tobat, Jambul datang ke Gus Muwafiq meminta bimbingan. Ia sering datang ke rumah Gus Muwafiq hanya untuk jagongan, jelas dalam rangka ngaji dan terus memperbaiki akhlak.
Lama ikut Gus Muwafiq, Jambul diminta untuk membuat halaqah ngaji, majelis taklim-lah. Perintah itu dilaksanakan Jambul dengan baik. Banyak kawan preman Jambul yang ikut ngaji di majelis pimpinan Jambul dengan nama "Mafia Sholawat".
Baca: Ketika Gus Dur Mencium Tangan Gus Muwaffiq Muda
Saat kawan-kawannya sibuk ngaji, Jambul kadang tidak ikut ngaji ke Gus Muwafiq dan memilih main ke rumah kawan-kawannya yang saat mereka ngaji. Saat inilah Jambul kumat lagi, hingga muncul problem yang cukup kontroversial: Jambul dituduh menghamili salah satu istri kawan premannya.
Mereka mengadu kepada Gus Muwafiq atas kelakukan Jambul yang amburadul lagi itu. Tapi Gus Muwafiq justru memihak kepada Jambul. Kekecewaan muncul di kalangan jamaah "Mafia Sholawat" bikinan Jambul. Mereka tidak mau lagi ikut dalam barisan Jambul.
Karena Gus Muwafiq dididik lama oleh Gus Dur, cibiran pembelaan kepada Jambul tidak membuat surut dan teguh pendirian. Setengah provokasi, dalam sebuah pengajian di "Kota Raya" (bukan nama kota sebenarnya), Gus Muwafiq sengaja memasang Jambul sebagai sosok pengawal saat Gus Muwafiq menuju lokasi pengajian "Mafia Sholawat".
Melihat ada Jambul bersama Gus Muwafiq, jamaah bubar jalan. Pengajian yang awalnya dihadiri ribuan orang, langsung sepi. Mereka makin bingung dengan sikap Gus Muwafiq yang seolah lebih memihak kepada orang yang salah jalan, si Jambul itu.
Lain hari pasca pengajian, rombongan kiai dari "Kota Raya" mendatangi Gus Muwafiq untuk klarifikasi atas pembelaannya kepada Jambul (dan bukan kepada jamaah). Mereka menganggap sikap Gus Muwafiq adalah salah dan perlu diluruskan.
Bukannya diiyakan, Gus Muwafiq justru setengah marah kepada para kiai alim yang datang. Anda tentu ada yang kenal, tapi tidak perlu disebutkan dalam esai ini.
Baca: Kiai Said: Kita Syukuri, Saya dan Gus Baha' Keturunan Mbah Asnawi dan Mbah Mutamakkin
"Kalau saya tidak membela, siapa yang akan mengarahkan Jambul nantinya. Toh dia sudah mengakui kesalahannya. Mengaku salah itu mahal. Bila tidak ada yang mendampingi Jambul, dia akan balik lagi berbuat hal yang tidak baik dan kembali ke penjara, siapa yang bertanggungjawab?" Kata Gus Muwafiq.
"Tapi dia sudah menghamili istri temannya Gus," respon para kiai.
"Kalian ini hanya bisa menghakimi tanpa klarifikasi ke pihak Jambul. Saya sudah sudah menikahkan Jambul dengan perempuan itu karena secara fiqih saja, sang perempuan statusnya sudah dicerai oleh suaminya. Kalau tidak saya dampingi, siapa yang akan membina dia jika kembali ke dunia prostitusi?"
Mendengar jawaban tersebut, para kiai justru yang meminta maaf. Dan, jamaah Jambul kembali ngaji lagi seperti dulu. Tapi, si Jambul, meski sudah nyantri ke Gus Muwafiq, tetap saja bandelnya sundul langit. Ia masih mabuk dan tetap menjadi preman, yang nyantri. Hidayah hanya hak prerogatif Allah. [badriologi.com]
Keterangan:
Esai ini ditulis berdasarkan keterangan Kang Zaman, santri ndalem Gus Muwafiq di Jombor, Rabu malam, 3 Juli 2019.