Oleh M Abdullah Badri
MENDENGAR kata "Rijalul Ansor" (tanpa "h"), KH. Aniq Muhammadun (Pati) merasa takjub kala dinyatakan sebagai salah satu kelompok ngaji atau majelis dzikir yang dimiliki oleh GP. Ansor dan secara resmi dijadikan sebagai salah satu badan semi otonom bernomor: 02/KONBES-XVIII/VI/2012.
Keterkejutan Kiai Aniq itu jelas berdasar. Pasalnya, Rijal, dalam bahasa Arab adalah kalimat majemuk (jama') dari kata rajulun, yang artinya adalah pemuda. Disebut rajulun karena pemuda adalah tumpuan kemandirian, yang bisa dan harus mampu berjalan mandiri, di atas kaki sendiri ('ala rijlihi).
Baca: Meluruskan 3 Cara Berpikir yang Keliru tentang Dakwah Gerakan NU
Jika disematkan kepada pemuda Ansor, artinya, Rijalul Ansor adalah para pemuka utama (akabirihim wa afadhilihim) dari golongan penolong Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam (Anshorun Nabi - dari Bani Auz dan Khazraj) saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka inilah yang dalam sangat dicintai oleh Kanjeng Nabi Muhammad Saw., sebagaimana hadits beliau menyatakan.
والَّذي نفسُ مُحمَّدٍ بيدِه لو أخَذ النَّاسُ واديًا وأخَذ الأنصارُ شِعْبًا لَأخَذْتُ شِعْبَ الأنصارِ، الأنصارُ كَرِشي وعَيْبَتي ولولا الهِجرةُ لكُنْتُ امرأً مِن الأنصارِ
Artinya:
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, andai manusia membuat golongan, dan menjadikan kelompok (sahabat) Anshor sebagai bagiannya, maka aku akan ikut dalam bagian itu. Golongan Anshor adalah keluargaku dan kekagumanku. Andai tiada hijrah, aku bagian dari orang Anshor". (HR. Muslim dari Anas bin Balik, yang juga min akabiril Anshor).
Dalam hadits lain, kecintaan Nabi Muhammad Saw. kepada sahabat Anshor juga terekam dalam kalimat di bawah ini,
آيةُ الإيمانِ حبُّ الأنصارِ ، وآيةُ النِّفاقِ بغضُ الأنصار
Artinya:
"Tanda imana adalah mencintai Anshor. Dan tanda munafik adalah membenci Anshor". (HR. Bukhari dari Ubadah bin Shomit).
Diantara Rijalul Anshor yang disebutkan, antara lain adalah Sa'ad bin Ubadah, Ubay bin Ka'ab, Abu Ayyub Al-Anshori, Jabir bin Abdullah bin Umar, Ubadah bin Shomit, Abu Sa'id Al-Khudzri, Abud-Darda' Al-Anshori, Anas bin Malik (semuanya dari Suku Khazraj). Selanjutnya, ada Sa'ad bin Muadz, Muadz bin Jabal, Ustman bin Hanif (Suku Aus) dan beberapa nama lain yang banyak dikenal dalam periwayatan hadits Nabi serta sirah nabawiyah.
Baca: Syaikh Rodhi, Misionaris Wahabi Abad 19 yang Minggat Pasca Kalah Debat dengan Kiai Menara
Mereka inilah manusia-manusia mulia setelah nama-nama para Nabi, disebut dengan panggilan kasih "shahabat" dari Rasulullah Saw., sebagaimana pula ditiru panggilannya oleh GP. Ansor-Banser NU untuk memanggil para anggotanya; sahabat. Siapa yang disebut sahabat Nabi?
إنّ الصحابيّ هو كلّ من قابل الرسول -صلّى الله عليه وسلّم- وآمن به، ثمّ مات على الإسلام، سواءً روى عنه أم لم يرو، أو قاتل معه أم لم يقاتل، أو طالت فترة لقائه بالرسول أم قصرت، حتى لو رآه من غير أن يُجالسه، أو جالسه ولم يره؛ بسبب علةٍ ما كحال الأعمى أو الأكمه
Artinya:
"Para sahabat adalah setiap orang yang bertemu Rasulullah shallahu alaihi wasallam, iman kepadanya dan meninggal secara Islam, baik dia meriwayatkan dari Nabi ataupun tidak, ikut berperang dengan Nabi maupun tidak, hidup lama dalam masa fatroh (kekosongan utusan Allah) maupun sebentar, bahkan meski dia hanya melihat Nabi dan tidak pernah duduk bersama beliau, atau, pernah duduk bersama beliau dan dia tidak melihat Nabi karena penyakit seperti buta atau bodoh (ideot)". (link).
Disebut sahabat karena ikatan yang terjalin antara Nabi Muhammad Saw. dengan para sahabatnya itu bukanlah ikatan transaksional atau politik semata, sebagaimana ikatan perkumpulan yang didirikan dalam jangka waktu tertentu untuk meraih hal-hal bersifat duniawi. Ikatan para sahabat Nabi adalah ikatan rifqah (الرفقة/kasih sayang).
Ikatan itulah yang harusnya ditiru dan diamalkan oleh para sahabat Ansor-Banser NU dan Rijalul Ansor-nya (rata-rata dari kalangan gus, lora, ajengan, tuan guru bajang), sehingga, bila memang demikian, layak disebut sebagai yang mewarisi tradisi ikha' (إيخاء/persaudaraan) yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. bersama para sahabatnya.
Pesan untuk tetap menjaga persaudaran dan tidak mudah dipecah belah itulah yang juga dituangkan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama, sebagai pesan dan wasiat sepanjang masa untuk setiap warga NU di seluruh dunia. Beliau menulis,
وقد أخّى رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى كأنهم فى تودّهم وتراحمهم و تواصلهم جسد وا حد إذاشتكى عضو منه تداعى له ســـائر الجسد بالحمّى والسهر, فبذلك كانت نصرتهم على عدوّهم مع قلّة عددهم فدوّخوا الممالك وافتتحوا البلاد ومصّرو الأمصار ومدّوا ظلال العمران وشيّدوا الممالك وسهّلوا المسالك
Artinya:
"Rasulullah Saw. telah mempersaudarakan sahabat-sahabatnya sehingga mereka (saling kasih, saling menyayangi dan saling menjaga hubungan) tidak ubahnya satu jasad, apabila salah satu anggota tubuh mengeluh sakit; seluruh jasad ikut merasa demam dan tidak dapat tidur. Itulah sebabnya mereka menang atas musuh mereka, kendati jumlah mereka sedikit. Mereka tundukkan raja-raja. Mereka taklukkan negeri-negeri. Mereka buka kota-kota. Mereka bentangkan payung-payung kemakmuran. Mereka bangun kerajaan-kerajaan. Dan mereka lancarkan jalan-jalan".
(Penulis kutip teks Arabnya dari Buku Seri MKNU 2019 (Kesatu-Kelima), hlm: 7, dan terjemahan persisnya penulis kutip dari Buku Khittah dan Khidmah Nahdlatul Ulama (2014), yang diterjemahkan oleh KH. A. Mustofa Bisri, hlm: 19-20).
Prof. Dr. Masykuri Abdillah pun menyatakan bahwa etika sosial dalam pemikiran Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, sebagaimana dalam Qanun Asasi adalah:
- Persatuan (al-ittihad) antar umat Islam.
- Persaudaraan (al-ikha'), persamaan (al-musawah) dan keadilan (al-adl) diantara sesama manusia.
- Menepati janji (al-wafa' bil ahd) dan menjaga kepercayaan (al-muhafadhah alal amanah).
- Kepahlawanan (al-buthulah) dan pengorbanan (at-tadlhiyyah)
- Mendahulukan orang lain walaupun dirinya sendiri masih memerlukan bantuan (al-itsar 'indal khashashah), dan
- Mudah memaafkan dalam kemenangan (as-shaf 'indal intishar) dan melindungi orang yang teraniaya (himayatul madhlum).
(Baca selengkapnya di Buku Ijtihad Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari tentang NKRI dan Khilafah, dalam artikel berjudul Aktualisasi Pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari dalam Konteks Penguatan Etika Berbangsa dan Bernegara, oleh Prof. Dr. Masykuri Abdillah, terbitan Pustaka Tebuireng dan Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy'ari Tebuireng (2018), hlm: 54-57).
Agar para ulama ahlussunnah waljamaah terus berada dalam gerbong akhlak Rasulullah Saw. dan para sahabatnya itu, wasiat Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari ini perlu kita simak sebagai bahan perenungan pentingnya menjaga sanad ilmu yang wushul (sampai) sanad kepada Rasulullah Saw. lewat para sahabatnya. Hadratussyaikh menulis:
أنتم قد أخذتم العلوم ممن قبلكم ومن قبلكم ممن قبله باتصال السند إليكم وتنظرون عمن تأخذون دينكم فأنتم خزنتها وأبوابها ولا تؤتوا البيوت إلا من أبوابها فمن أتاها من غير أبوابها سُميَ سارقاً
Artinya:
"Anda sekalian telah menimba ilmu dari orang-orang sebelum Anda. Orang-orang sebelum Anda menimba ilmu dari orang-orang sebelumnya, dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada Anda sekalian. Dan Anda menjadi selalu meneliti dari siapa Anda menimba ilmu agama. Dengan demikian, Anda adalah penjaga-penjaga ilmu dan sebagai pintu gerbangnya. Janganlah kamu memasuki rumah kecuali dari pintunya. Barangsiapa memasuki rumah tidak melalui pintunya, disebut pencuri". (Baca di Buku Silsilah Keilmuan Ulama' NU terbitan LTM PBNU (2014), hlm: ix).
Menjadi Rijal di GP. Ansor bukan perkara mudah. Agar diakui sebagai penjaga pintu dan bukan pencuri sanad keilmuan, terus belajar meniru akhlak para sahabat Nabi Muhammad Saw. adalah proses yang amat panjang dan tidak selesai (لا يكبو). Wajar kiai Aniq Muhammadun takjub.
Tergelitik alasan tersebut, penulis sempat berujar untuk sebaiknya menamai Majelis Dzikir Rijalul Ansor dengan Majelis Hubbul Ansor (mencintai Ansor). Alasannya mudah, Apa kader Ansor kuat meniru para sahabat Nabi?
Bagi penulis, mencintainya saja butuh proses panjang mengenal sosok masing-masing, sehingga bila kita layak diakui sebagai "hanya" عَيْبَتي dari Rasulullah Saw. saja sudah sangat beruntung. Paling tidak, menjadi bagian dari orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Saw. adalah hadiah dan hidayah terbesar dari Allah Swt. Begitu. [badriologi.com]
Keterangan:
Artikel ini adalah dokumentasi kedua dari ocehan penulis saat diskusi rutinan di Majelis Ngopi Morongpuluhan GP. Ansor-Banser NU Ranting Desa Ngabul, Sabtu malam, 20 Juli 2019, di rumah Sahabat Nafron, Ngabul Rt. 03/03, Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Baca artikel sebelumnya, berjudul: Sejarah Kronologis Terbentuknya GP. Ansor Banser NU Sebelum Kemerdekaan RI.