Praktik batik tulis khas motif Kalimantan Utara, di salah satu stand launching Digital Perbatasan, di GOR Nunukan, Kaltara, Sabtu siang (31 Agustus 2019). Foto: dokumen pribadi. |
Oleh M Abdullah Badri
MAUNYA saya akan memborong beberapa kain Motif Batik Kalimantan yang dipajang di stand UMKM Provinsi Kalimantan Utara saat ada acara Digitalisasi Perbatasan oleh BAKTI Kemenkominfo, Sabtu siang, 31 Agustus 2019 di Gedung GOR Nunukan, belakang bandara setempat. Setelah disodori harga Rp. 350.000 – 500.000, niat itu saya urungkan. Hahaha.
Harga itu cukup mangagetkan bagi saya. Bagaimana tidak, batik tulis Kudus yang dibuat oleh teman saya sendiri nilainya hanya sekitar Rp. 95.000 – 150.000. Batik Kudus itulah yang kebetulan saya pakai saat di stand, dan saya tunjukkan bahwa batik tersebut juga decanting dengan tangan secara manual. Mereka percaya batik yang saya pakai di bawah ini adalah manual cantingan tangan setelah dilihat warna batikannya menembus kain.
Penulis memakai batik Kudus dan model stand memakai batik Kalimantan. Foto: dokumen pribadi. |
Baca: Kopi Cinta Tarakan dan Buah Lai Nunukan, Kalimantan Utara
Mahalnya batik Kalimantan katanya karena proses yang panjang dan melelahkan. Untuk menghasilkan selembar batik tulis bermotif Lundaye, Tagol, Tagalan atau Tidung Bulungan misalnya, pengrajin batik membutuhkan waktu 2-4 hari proses. Bahan yang digunakan untuk membatik pun dibuat dari daun-daunan yang diperas hingga bisa digunakan sebagai tinta membantik.
Uniknya, keterampilan membuat batik ini ternyata dijadikan sebagai materi pembinanaan penghuni Lapas di wilayah Kalimantan Utara. Kepada saya, ada seorang pemuda yang berada di stand itu mau mempraktikkan cara membatik dengan baik.
Karena tidak jadi memborong kain batik Kalimantan, akhirnya saya hanya membeli serbuk minuman khas Nunukan yang terbuat dari jahe merah, gula aren dan gula pasir. Diberi merk “D’King Djahe” dan dibandrol Rp. 70.000 per 250 gramnya. Rasanya seperti susu kedelai. [badriologi.com]
Keterangan:
Esai ini adalah catatan perjalanan penulis saat mengikuti agenda launching TV Digital Perbatasan oleh BAKTI Kominfo. Dihadiri oleh Menkominfo Rudiantara, Gubernur Kaltara, H. Irianto Lambrie, Bupati Nunukan, Hj. Asmin Laura Hafid dan direktur TVRI, Metro TV dan Tran7, Sabtu siang (31 Agustus 2019).