Latif adik paling kecil usai diingatkan agar shalat. Foto: dokumen pribadi. |
Oleh M Abdullah Badri
AKHIR Mei 2013, Adik ke-9 bernama Salam (8) bercerita kalau ia ketemu Bapak dalam mimpi. Dalam mimpi, Salam mengaku diajari Bapak ngaji Al-Qur’an. Setelah itu, Bapak minta Salam mempraktikkan Shalat. Apa yang sebenaranya terjadi? Mengapa Bapak menemui Salam, bukan yang lain?
Ibu kemudian bercerita juga kalau malam saat Salam menerima kehadiran Bapak dalam mimpi, Ibu juga bertemu Bapak, dalam mimpi juga. Cuma bukan diajar ngaji, namun dimarahi Bapak.
“Kuwe iki piye tah, anakmu podo ora shalat kok mbok jarke/kamu ini gimana sih, anakmu pada nggak shalat kok dibiarkan,” kata Bapak ke Ibu.
Kata adik sepupu di samping rumah, yang masih seusia Salam, Nailul namanya, juga bercerita melihat Bapak pulang dalam mimpi, malam itu juga.
“Pak Dhe wangsul kok dhe, ndek dalu. Kulo dipethuki/ Paman pulang kok Bi, tadi malam. Aku ditemui,” kata Nailul.
Baca: Persyaratan Menjadi Kiai yang Baik dan Benar
Teryata walau sudah meninggal, Bapak masih memantau pendidikan dan perkembangan anak-anaknya yang masih Yatim. Betul sekali memang, waktu itu Ibu sedang down ngurus putra-putranya. Dulu, Bapak sering marah besar kalau anaknya ketahuan bolong shalat.
Bapak selalu membangunkan anak-anaknya kala Subuh. Tak terkecuali. Sejak usia 6 tahun, Bapak tak pernah menolelir anaknya yang meninggalkan shalat. Sejak tiada, jelas Ibu yang memiliki tanggungjawab itu. Guru di sekolah tak punya peran memperingatkan apa-apa di sini.
Di kala Ibu sedang pusing memikirkan hutang-hutang tinggalan Bapak yang mencapai puluhan juta, Ibu alpa meneruskan kewajiban Bapak membangunkan anak-anaknya shalat Shubuh. Bapak di alam sana melihat. Lalu pulang ke rumah sebentar mengingatkan, dan ngajari Salam ngaji juga.
Saya percaya, orang yang meninggal itu hanya pindah tempat dan hijrah alam saja. Ruhnya tetap hidup. Terutama bagi mereka yang beramal shaleh dan memiliki anak yatim. Bapak adalah teladan kami. Bapak adalah tuntunan kami, di luar kekurangan yang dimiliki. [badriologi.com]
Keterangan:
Ditulis dengan mengusap air mata, di lantai atas bangunan Mushalla tinggalan Bapak, Selasa, 4 Juni 2013, pukul 13.41 WIB.