Sejarah perpecahan Kerajaan Mataram (dari Pajang) hingga terbelah di Surakarta, Yogyakarta, menjadi Kasultanan, Kesunanan, Pakualaman dan Mangkunegaran. Foto: istimewa. |
Oleh M Abdullah Badri
PADA tahun 1550, Pangeran Trenggono, Sultan Demak III, wafat. Kerajaan akhirnya menjadi rebutan antara Jaka Tingkir (menantu) dan Arya Jipang (paman Pangeran Trenggono). Arya Jipang kalah. Kerajaan dipindah ke Pajang. Demak kosong.
Sejak itu, perpecahan mulai muncul. Karena kemenangan Joko Tingkir bermula dari jasa sang lor ing pasar, Sutowijoyo, ia kemudian diberi imbalan menguasai tanah Mataram. Sayangnya, Sutowijoyo kemudian membelot. Ia sendiri mendirikan kerajaan Mataram pada tahun 1586 M, turun temurun hingga Kanjeng Sultan Agung, Raja Mataram III (tahun 1613).
Pada tahun 1596, Belanda mulai mendarat di Banten. Tahun 1627-1629, Belanda di Jakarta diserbu oleh Sultan Agung. Tapi gagal. Padahal saat itu Sultan Banten juga ikut menyerang Belanda, bersama Maluku, Palembang, Makassar dan lainnya. Saking pintarnya Belanda, bangsa kita berhasil dipecah-belah. Serangan demi serangan pun kandas.
Baca: Sejarah Portugis Menjajah Indonesia Hingga Terusir dari Sunda Kelapa (10)
Tahun 1678, Kerajaan Mataram dipindah ke Kartasura. Ini juga hasil tipu-muslihat Belanda. Perpecahan direkayasa Belanda. Daerah kerajaan akhirnya dipecah menjadi dua: 1). Daerah Surakarta dipimpin Susuhunan Pakubuwono III, dan 2). Daerah Yogyakarta diduduki oleh Pengeran Mangkubumi (paman Pakubuwono III), yang bergelar Sultan Hamengkubuwono.
Tahun 1757, Surakarta terpecah (lagi) menjadi: 1). Kasunanan, dan 2). Mangkunegaran. Akhir-akhir, Yogyakarta juga terpecah menjadi Kasultanan dan Pakualaman.
Tahun 1811, Inggris mendarat di tanah Jawa. Belanda didesak dan kalah. Tanah Jawa kemudian diserahkan ke Inggris. Tapi pada tahun 1814 saat Kaisar Napoleon Inggris kalah, jajahan Belanda yang pernah diserahkan ke Inggris, dikembalikan lagi.
Perang Diponegoro
Tahun 1825, Pangeran Diponegoro (putra Sultan Hamengkubuwono III) melakukan pemberontakan ke Belanda. Prajurit Diponegoro, dibantu para ulama', melancarkan perlawanan dengan perang sengit dan hebat. Belanda kewalahan.
Hasilnya, pada 28 Maret 1830, Belanda mengajak damai. Ternyata ini hanya taktik tipu muslihat. Di tengah perundingan damai ini, tentara Diponegoro dilucuti. Pangeran Diponegoro juga ditangkap lalu diungsikan jauh ke Manado hingga beliau wafat.
Sejak inilah hati bangsa kita makin kecewa. Para ulama' mengungsi ke daerah pegunungan dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian. Kebencian mereka terhadap penjajah Belanda makin memuncak hingga tidak mau menyekolahkan anaknya, melarang keras menirukan Bahasa Belanda, perilakunya dan busananya.
Zaman Pergerakan
Kebencian bangsa Indonesia terhadap penjajah bukannya semakin berkurang tapi justru kian bertambah. Pada tahun 1907 tanggal 20 Maret berdirilah kumpulan gerakan yang dinamai Boedi Oetomo, dengan pimpinannya, yakni (alm) Dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr. Sutomo.
Tahun 1912, Syarikat Islam (SI) berdiri. Pemimpinnya: H. Samanhudi dan H. Oemar Said (HOS) Cokroaminoto. Pada tahun 1912, Muhammadiyah juga berdiri. Pimpinannya adalah (alm) KH. Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Muncul partai politik kemudian, yang diberi nama Indische Partij.
Pada tahun 1926, Partai Komunis juga berdiri. Dipimpin oleh Sema'un. Tahun 1927, Partai Nasional juga berdiri, dipimpin oleh Ir. Muhammad Soekarno. Tahun 1926, tidak ketinggalan pula, Nahdlatoel Oelama (NO) juga berdiri.
Semua itu tiada lain hanya bertujuan untuk bisa bebas dari penjajahan meski (gerakannya) ada yang menggunakan cara kasar maupun halus. Baca: Sejarah Singkat Raden Fatah Sunan Bintoro Menyerang Majapahit.
Zaman Jepang
Tanggal 8 Desember 1941, Jepang mengumumkan perang kepada kaum sekutu (Inggris dan Amerika). Belanda ikut dalam pihak Inggris dan Amerika. Tanggal 8 Maret 1942, Hindia Belanda takluk kepada balatentara Jepang.
Di zaman Jepang ini, semua perilaku bangsa kita diawasi. Bangsa kita yang mati akibat kelaparan dan Romusa (kuli paksa) tidak sedikit jumlahnya. Kehormatan wanita dirusak. Tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Jepang (Tenno Haika) takluk kepada sekutu.
Tanggal 17 Agustus 1945, bangsa kita menyatakan kemerdekaan. Ir. Soekarno menjadi presiden dan Muhammad Hatta menjadi wakilnya. Mulai saat itulah terjadi revolusi besar-besaran. Bangsa Indonesia kapok tidak mau kembali dijajah.
Di Semarang, Jepang ngamuk. Belanda di Surabaya melawan. Semua itu, kemerdekaan itu, tetap dipertahankan oleh bangsa kita meski korbannya tidak sedikit. Belanda yang awalnya sudah kalah, kembali menyerang. Ia mendompleng tentara Inggris. Akhirnya, bangsa kita bertempur dengan Belanda (lagi).
Demikian terjemah halaman 28-32 Kitab Tarikh Auliya' KH. Bisri Musthofa. Rampung ditulis pada Senin, 9 September 2019, pukul 01.45 WIB dini hari. Terjemah terakhir berjudul: Terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) Menjadi NKRI Tahun 1949. [badriologi.com]