Keistimewaan Burung Perkutut. Foto: istimewa. |
Oleh M. Abdullah Badri
PERKUTUT tidak sama dengan burung-burung ocehan lainnya. Ia memiliki prinsip kuat dibandingkan, misalnya, dengan Kenari atau Cucak Rowo. Usianya pun bisa mencapai puluhan hingga ratusan tahun, seperti Perkutut di Semarang yang dirawat hingga empat generasi (150an tahun), dan diberi nama Ki Ageng oleh pemilik awalnya.
Saudara saya juga memiliki Burung Perkutut yang pada tahun 2021 umurnya mencapai 47 tahun. Dirawat turun temurun dari leluhur kakeknya. Jadi, usia Perkutut bisa menyamai usia manusia pada umumnya bila dirawat dengan baik.
Bila burung lain mampu nggacor hingga 5 tahun, maka, Perkutut bisa lebih lama. Bahkan, semakin tua sebuah Perkutut dirawat, suaranya semakin indah dan makin baik. Selain itu, saking berprinsip kuat, suara burung gacor lain tidak masuk mempengaruhi suara Perkutut.
Intinya, Perkutut tidak bisa dipengaruhi oleh bising suara burung lainnya. Bahkan suara Perkutut justru malah masuk mengubah suara burung lain yang saling berdekatan sangkarnya. Silakan dicoba bila Anda masih meragukannya!
Perkutut juga kuat menahan lapar. Seminggu tanpa diganti pakan, ia masih kuat bertahan. Terutama yang berkaturanggan kuat seperti Songgo Ratu dan Satrio Pinayungan.
Meski begitu, bila dibiarkan tak terawat, Perkutut makin tidak suka dengan perawatnya. Ia tidak lagi bersuara, atau, ketika didekati manusia, ia gelebakan dan ngamuk-ngamuk hingga sayapnya bisa berdarah karena berbenturan dengan sangkar.
Maka, untuk merawat banyak Perkutut, diperlukan sikap yang adil. Laiknya manusia. Bila puluhan Perkutut dimandikan, maka, semuanya harus dimandikan bersama. Jangan pilih kasih karena alasan malas atau lainnya. Setidaknya, agar antar Perkutut tidak cemburu, waktu memandikan semua Perkutut itu harus dijadwal dengan baik. [badriologi.com]