Cover Buku Kartini Mati Dibunuh. Foto: badriologi.com |
Oleh M. Abdullah Badri
UNTUK mendapatkan jawaban atas pertanyaan di atas, buku berjudul "Kartini Mati Dibunuh" yang ditulis oleh Elfatino Febriana pada tahun 2010 ini bisa dijadikan referensinya. Meski begitu, peristiwa yang diungkap penulis tidak segamblang judul bukunya.
Penulis terlalu bertele-tele menjelaskan topik yang ia sampaikan hingga di awal kepenulisan buku dia bersusah payah menjelaskan asal mula penjajahan Bangsa Eropa ke Indonesia.
Bagaimana tidak, ia harus memulai penjelasan buku dari sejarah perang Salib tahun 1453 M di Konstantinopel sana hingga kisah traveling Cristhoper Columbus dan Vasco de Gama membawa emas yang membuat Spanyol, Portugis dan Belanda mendapatkan jalan menuju penjajahan di wilayah baru, Hindia Belanda.
Tapi fakta soal Kartini dibunuh seolah hanya sebagai pelengkap pendahuluan buku yang begitu panjang dan melelahkan. Penulis tidak berani memastikan sebab kematian Kartini, apakah ia diracun oleh keluarga nya di Rembang yang merasa terusik atas pengaruh besar Kartini, atau diracun oleh aliansi Yahudi?
=======
IDENTITAS BUKU
JUDUL: Kartini Mati Dibunuh; Membongkar Hubungan Kartini dengan Freemason
PENULIS: Elfatino Febriana
PENERBIT: Navila Idea, Yogyakarta
TEBAL: vi + 130 halaman (PDF)
TAHUN: 2010
LINK DOWNLOAD: Buku Kartini Mati Dibunuh
=======
Penulis buku hanya mengungkapkan bahwa di akhir hidupnya, Kartini menyadari penuh bahwa dirinya ingin menjadi hamba yang berpasrah penuh kepada Allah Swt. (Abdullah), setelah di masa-masa sebelumnya terpengaruh dengan pemikiran sosialis yang dicurigai oleh penulis terpengaruh dengan pemikiran Teosofi (agama hanya sebatas kemanusiaan tanpa ke-ilahi-an) yang disebarkan oleh para pengikut Freemasonry keturunan Templar ke kalangan ningrat di Indonesia.
Kecurigaan penulis atas kematian Kartini yang tidak wajar hanya bermula dari kondisi Kartini yang masih sehat saat usai melahirkan hingga 4 hari kemudian sebelum meninggal. Usai melahirkan, Kartini pun masih tercatat mengajar murid-murid ngajinya. Sekitar 20an orang. Di Rembang. Tuba-tiba saja, setelah dokternya datang dan minum anggur, Kartini mengeluh sakit. Momen ini dianggap penulis penuh dengan teka-teki.
Meski tidak bisa memastikan sebab kematiannya, penulis menyatakan, di hari wafatnya, seluruh Rembang dipenuhi dengan bau harum bunga mawar. Barangkali, ini adalah pertanda Kartini disebut sebagai waliyullah oleh beberapa kalangan ulama' tasawuf.
Oleh adiknya, Kardinah, Kartini berulangkali diceritakan sering mengeluarkan kalimat firasat kalau umurnya tidak akan melewati 25 tahun. Ia ungkapkan itu saat masih dipingit oleh ayahandanya di balik tembok besar di Jepara.
Nyatanya, Kartini memang meninggal di usia muda. Penulis berandai, bila umur Kartini diberi panjang oleh Allah Swt., bukan tidak mungkin ia akan membawa perubahan besar di kalangan pribumi, khususnya kalangan perempuan Bumiputera di Rembang.
Penulis tidak setuju bila Kartini disebut sebagai pejuang emansipasi, yang menyamaratakan laki-laki dan perempuan dalam segala lini tanpa mempertimbangkan perbedaan hak kewajiban masing-masing. Penasaran ingin membaca? Silakan download bukunya: Kartini Mati Dibunuh PDF. [badriologi.com]