Suasana berlangsungnya khataman Dla'ul Ma'ali syarah Bad'ul Amali. Foto: badriologi.com. |
Oleh M. Abdullah Badri
TAHUN ini (2021) alhamdulillah empat kitab sudah khatam dibaca bersama puluhan sahabat pecinta ilmu Tauhid dan Tarikh yang biasa ngaji tiap malam Ahad dan malam Kamis. Kitab yang sudah khatam adalah:
- Tarikh Tasyri' karya Syaikh Abdul Wahab Khalaf (khataman 3 April 2021),
- Kawakibul Lama'ah karya Syaikh Fadhol Senori (khataman 16 April 2021),
- Iqdul Jawahir, karya Sayyid Ja'far bin Hasan Al-Barzanji (khataman 25 Juli 2021),
- Dlau'ul Ma'ali syarah Bad'ul Amali, karangan Syaikh Ali Al-Qari (khataman 1 September 2021 - tadi malam).
Dlau'ul Ma'ali paling lama di-khatamkan karena kitab tersebut bukanlah matan, melainkan syarah atas karya Tauhid Madzhab Maturidiyah karangan Syaikh Sirojuddin Al-Usyi yang dikenal dengan judul: Bad'ul Amali.
Baca: Syukuran Khataman Ngaji Tarikh Tasyri' Kiai Abdul Wahab Kholaf.
Bagi saya sendiri, Tauhid Madzhab Maturidiyah itu rumit dan jelimet. Jarang sekali pondok pesantren yang mengajinya karena cara berpikir ulama' Maturidiyah itu terkesan elitis dan detail. Bad'ul Amali misalnya, ia tidak membahas nama-nama Nabi, nama Malaikat, bahkan tidak memuat aqoid 50 secara berurutan seperti Madzhab Asy'ari. Bad'ul Amali langsung mengulas masalah dan (acapkali) menyasar siapa target serangan teologisnya.
Buktinya, banyak sekali bait syiir Bad'ul Amali disusun sebagai vis a vis pemikiran menyimpang dari kelompok lain, laiknya Falasifah, Muktazilah, Qadiriyah, Jahmiyah, Watsaniyah, bahkan Salafi dan Hizbut Tahrir (khusus dalam kitab syarah mutakhir seperti Badrul Layali dan Jami'ul La'ali).
Syukuran khataman Syarah Bad'ul Amali. |
Khataman ngaji Syarah Bad'ul Amali, 1 September 2021. |
Suasana khataman Al-Barzanji pada malam Ahad, 25 Juli 2021. |
Jadi, untuk mendapatkan konteks problem ketauhidan dalam syiir Bad'ul Amali yang berjumlah 67 bait (versi Syaikh Ali Al-Qari), wawasan pembaca tentang firqah madzhab teologi Islam dan madzhab eskatologi Islam harus mendalam. Larangan melaknat Yazid misalnya, bila tanpa dasar sejarah awal politik Islam, sulit untuk mendapatkan pemahaman yang shahih bila tidak memahami doktrin Syi'ah Rafidlah.
Perbedaan pendapat secara verbal (bukan hakikat) yang terjadi antara Asy'ariyah dan Maturidyah cukup banyak ditemukan dalam Bad'ul Amali ini. Saya sebut 3 perbedaan yang saya ingat saja yah, berikut ini:
- Sifat Al-Khaliq bagi Allah (Maturidiyah: qadim, Asy'ariyah: memiliki taalluq dengan qudrat & iradat),
- Taqlid dalam ber-Tauhid (Maturidiyah: boleh, Asy'ariyah: tidak boleh),
- Mengucapkan "InsyaAllah saya Mukmin" (Maturidiyah: haram, Asy'ari: boleh).
Namun, sekali lagi saya tegaskan, pada hakikanya, kedua madzhab Tauhid yang dianut oleh Nahdlatul Ulama (NU) secara resmi itu tidak memiliki pertentangan prinsip ber-Tauhid. Perbedaan hanya ada pada cara menyampaikan. Asy'ariyah cenderung naratif, sementara Maturidiyah cenderung agresif, dimana pembacanya langsung diajak diskusi dan berdialog laiknya saat kita mulai membaca Bad'ul Amali beserta syarah-syarahnya. Siap gelut pokomen. Hehe.
Semoga saja yang ikut ngaji Dlau'ul Ma'ali tiap malam Kamis (sejak 19 Februari 2020) itu jadi bagian dari santri-santri Kiai Sirojuddin Al-Usyi Al-Hanafi. Paham gak paham, sing penting melu bancaan khataman.
Bila Al-Barzanji sudah diganti ngaji Kitab Burdah Al-Bushiri (sejak 31 Juli 2021), kini, ganti daripada ngaji Bad'ul Amali masih dalam pertimbangan judul kitab lain, antara Mafahim, Dasuqi, Hashun, atau lainnya. Nunggu dawuh mawon! [badriologi.com]