Konfercab Ansor Jepara (Jumat, 25 September 2021) sempat mengalami deadlock. Foto: badriologi.com. |
Oleh M. Abdullah Badri
๐๐๐๐ kronologis Konfercab Ansor ke-13 berjudul "Deadlock Adab" dalam Konfercab Ansor Jepara 2021, yang saya tulis pada 25 September 2021, mendapatkan tiga respon esai opini yang menolak dan satu respon opini yang menerima. Berikut ini masing-masing judulnya:
1. ๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ก '๐ท๐๐๐๐๐๐๐ ๐ด๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐พ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ด๐๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐๐' (penulisnya tuan anonim, tapi dimuat oleh akun Facebook Muhammad Kholiqul Amri pada 26 September 2021). Menurut saya, esai ini simplistik dan agak reaktif.
2. ๐ผ๐๐ข๐ ๐ ๐ด๐๐๐ ๐ฃ๐๐ ๐ ๐ฃ๐๐ ๐๐ฆ๐๐๐๐โ ๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐ (ditulis Mas Zakariya Anshori. Tulisannya dikirim langsung ke WA saya pada 27 September 2021 dan dimuat di situs ๐ ๐ข๐๐๐๐๐๐๐ข dot id). Esai ini sifatnya normatif tapi ๐๐๐กโ๐๐-๐๐๐กโ๐๐.
3. ๐ฝ๐๐๐๐ ๐ต๐ข๐๐ก๐ข ๐พ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ผ๐ผ๐ผ ๐๐ถ. ๐บ๐. ๐ด๐๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐๐: ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ด๐ก๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐ (๐ต๐๐๐๐๐ 1) (ditulis oleh Ahmad Saefudin dan di๐ก๐๐ ke Facebook saya pada 28 September 2021). Esai ini naratif, dan membela esai saya. Saya kutip beberapa saja. Biar pihak kontra saja yang merespon lebih.
4. "๐๐ข๐ ๐๐๐๐๐ ๐ด๐๐ ๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐๐? ๐ถ๐๐๐๐ก๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ฝ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ?" (๐ต๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐๐๐ 2 ๐๐ข๐๐๐ ๐๐). (ditulis Mas Zakariya Anshori. Tulisannya dikirim langsung ke WA saya pada 28 September 2021 dan dimuat di situs suarabaru dot id). Esai ini sifatnya menyarankan. Saya skip bahas. Itu hak beliau sebagai senior.
Tulisan-tulisan lain yang pro maupun kontra tersebar banyak di Facebook. Sayangnya, rata-rata berupa status tanpa judul dan tidak disusun sebagai opini yang ditulis dalam artikel rapi. Energi literasi sahabat Ansor di Jepara memang tinggi. ๐พ๐๐๐ ๐ก๐๐๐๐. Acung jempol untuk mereka semua!
Baca: Konfercab Ansor Jepara dan Blumbang Amoh NU
Saya sebetulnya ogah menanggapi penulis anonim. Tapi, karena senior dan sahabat baik saya, Mas Zakariya (Mas Yank) ikut merespon dengan tulisan yang isinya hampir senada dengan tuan anonim, saya mohon ijin kepadanya turut merespon balik tulisan dia. Ya sekalian saja merespon tuduhan "tafsir sesat" penulis anonim itu. Cukup satu tulisan saja, tanpa sambungan. Biar efektif.
Hampir seluruhnya, esai kronologis saya berisi fakta yang bisa disaksikan oleh peserta sidang di ruangan besar Gedung MWC NU Tahunan. Bukti paling nyata, saya tidak dituduh telah melakukan praktik pembohongan.
Mereka sama sekali tidak menulis dengan kata bohong, ngawur atau hoaks, kepada saya. ๐ถ๐๐๐๐ yah, tulisan saya bersifat kronologis, bukan manipulatif (sengaja menulis tidak sesuai fakta untuk menyesatkan pembaca). ๐ป๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐โ, esai saya jadi penebar cahaya, demikian kata ketua panitia Konfercab ke saya.
Siapkan kopi, mari kita bahas!
๐ท๐๐๐๐๐๐, saya mencoba bersikap senetral mungkin. Perhatikanlah, dalam esai itu, protes interuptor dan kalimat yang terucap dari semua calon saya kutip dan saya pilih tanpa menambah tafsirnya. Bacalah, saya skip nama interuptor maupun kata-kata dan gerakan tubuh yang saya anggap kurang pantas di๐๐ข๐๐๐๐ โ, baik itu dari para calon (sesaat setelah keluar dari ruangan tertutup), dari sang interuptor, maupun dari pimpinan sidang (kala di parkiran mobil menuju pulang tanpa jadi menginap hotel).
Ekspresi ๐โ๐๐โ๐๐ pimpinan sidang pun hanya saya hikayatkan saja. Saya skip menafsirkan. Tafsirnya saya serahkan kepada pembaca. Saya juga tidak menulis bagaimana respon beberapa pimpinan ranting pendukung Saiful Khalim, Gus Sabiq maupun Ainul Mahfudz, setelah tragedi itu. Saya skip pula isi pembicaraan saya pada foto pelengkap esai di bawah postingan ini.
Intinya, dalam tiga esai kontra tersebut, saya dituduh: 1). Menggiring opini dengan kalimat "๐๐๐๐๐๐๐๐ adab", 2). Menafsirkan secara sepihak bahwa semua calon sudah menerima kesepakatan mufakat di ruang rahasia itu. Tak ayal, esai saya pun disebut Mas Zakaria sebagai "ilusionis, halusinatif dan imaginatif". Mas Yank ๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ข๐ค๐โ, masak saya mau disamakan master Deddy Corbuzier? Hahaha.
Tuan anonim bahkan lebih berani lagi dari Mas Yank. Baginya, saya "menggiring opini untuk menunjukkan siapa salah dan siapa berhak benar". Waduh. Mohonlah Anda perhatikan, tuan. Baca juga: Agar Ansor Jepara Bisa Kondang di Banyak Kandang.
Di akhir paragraf, saya hanya mengungkap tanya: "mengapa dalam acara Konfercab GP. Ansor Jepara itu ada "๐ฅ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ญ๐ฐ๐ค๐ฌ adab", bukan cuma ๐ฅ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ญ๐ฐ๐ค๐ฌ keputusan?". Di sana tak ada tambahan kalimat langsung yang berfungsi untuk menuduh siapa yang beradab dan tidak beradab. Justru Anda saya acungi jempol karena berani menunjuk hidung pimpinan sidang sebagai target kalimat "๐ฅ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ญ๐ฐ๐ค๐ฌ adab" dari tulisan Anda. Saya tidak seberani itu ๐๐๐๐'๐ค๐๐ peristiwa, seperti tuan.
๐ฒ๐๐ ๐๐, judulnya pun saya beri tanda petik ganda ("...") "๐ฅ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ญ๐ฐ๐ค๐ฌ adab". Secara bahasa, selain berfungsi sebagai pengapit kutipan naskah buku atau narasumber berita, kata yang terapit dalam dua tanda petik ganda menunjuk istilah khusus yang memiliki maksud tertentu serta masih membutuhkan penjelasan. Petikan ganda dan tanda tanya merupakan kode-kode penting yang dibutuhkan oleh para penulis berita, artikel ilmiah maupun populer.
Sebagai kode, saya sendiri kadang menambahkan ayat Al-Qur'an, kutipan hadits atau bahkan futurisme (โ๐๐๐) yang barangkali hanya bisa dimengerti maksudnya oleh aktor dan pemilik intuisi kuat terkait pesan dalam kode. Coba periksa, esai saya itu ada ayat Al-Qur'an dan futurisme-nya. Silakan periksa! Pasti ada. Saya bermain kode ๐๐ ๐๐๐๐ข๐ ๐๐ข๐ง๐ข๐ ayat di sana. Kepada siapa ayat itu ditujukan, bisa dilacak.
Tanda petik ganda dalam kata "๐ฅ๐ฆ๐ข๐ฅ๐ญ๐ฐ๐ค๐ฌ adab" juga saya buang objeknya (๐๐โ๐๐ง๐ข๐). Hanya tuan anonim lah yang berani mengarahkan kalimat itu kepada pimpinan sidang, dalam barisan kalimat susunan dia sebelum dimulainya kalimat "peserta ditinggalkan begitu saja tanpa kata-kata yang kurang beradab".
Mas Yank beda, ia mengetahui trik saya. ๐ด๐ ๐ฆ๐๐ ๐ก๐๐๐๐. Hahaha. "Dengan sangat cerdas, si Pemilik akun seolah sengaja membiarkan pembacanya untuk berimajinasi bahwa pertemuan tertutup itu telah mencapai 'kesepakatan' musyawarah mufakat antar bakal calon ketua," tulisnya.
Saya membiarkan pembaca menyusun perspektifnya sendiri. Saya tidak berhak memaksa pembaca mengikuti saya karena saya bukanlah salah satu peserta yang tergabung dalam ruang rahasia itu. Apalagi mengetahuinya langsung. Ketahuilah, saya tahu isi kesepakatan setelah ketiban bocoran info dari salah satu peserta di ruangan tertutup, dimana Mas Yank dan tuan anonim mungkin tidak memerolehnya.
Yakinlah dengan benar wahai tuan anonim, saya itu romli hakiki, yang tidak memiliki kapasitas masuk ke ruangan tertutup. Saya minta kopi ke komandan Banser saja ditolak halus, kok. Tanyakan saja kepada Kang Rais (Kembang), ketua panitia. Saya yakin, Kang Rois bisa membuktikan kalau status resmi saya sebagai romli tidak bisa diganggu gugat bahkan oleh tuan anonim sekalipun. Hahaha.
Saya romli yang tidak memiliki kemampuan ๐ค๐๐๐๐ฆ๐ข๐๐๐โ yang "๐ค๐๐๐ขโ ๐ ๐๐๐ข๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐" seperti ditulis tuan anonim. Tak perlu lah mengutus tentara langit untuk mengulik suatu peristiwa yang belum didengar banyak orang. Hanya dengan men-๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ข๐๐๐๐ saja sudah bisa mendengar kok. ๐๐๐ ๐๐ข๐๐ข๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐โ. ๐ต๐๐๐ ๐ ๐ค๐๐!
๐ฒ๐๐๐๐๐, kata kunci adab bukan dari saya, tapi dari pimpinan sidang. "Jangan bicara status, kita di sini bicara adab," kata dia. Selain itu, pimpinan sidang juga mengeluarkan kalimat yang saya anggap sangat penting, yakni: "Ternyata apa yang diucapkan tadi berubah. Saya tidak bisa melanjutkan". Meski tidak menyaksikan langsung apa yang terjadi di ruang lobi tertutup itu, dari barisan kalimat "berubah", saya menangkap kalau pimpinan sidang mengalami kekagetan luar biasa.
๐จ๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐, ๐๐๐๐๐๐ ๐ฎ๐๐ ๐ณ๐๐๐๐๐ ๐ป๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐๐? Logika politiknya, bila belum beres terjadi mufakat, Gus Luthfi tentu akan pulang lebih dulu tanpa mau hadir ke ruangan sidang yang lebih luas, untuk mengumumkan. Wajar bila beliau berani meminta baiat "rela" dan ikhlash kepada peserta sidang.
Baca: Empat Dagangan Penting Calon Ketua Ansor Jepara
Jadi, tuduhan tuan anonim bahwa saya hanya "menduga-duga saja kalau diantara para calon sudah legowo dan ikhlas menerima hasil dari pertemuan terbatas", tidak sah, alias batal. Saya tidak menduga, apalagi berimajinasi, seperti dituduhkan Mas Yank. ๐๐๐๐๐๐โnya jelas kok, yakni: kata "berubah" yang diucapkan oleh pimpinan sidang dari PP Ansor.
Lalu, apa yang "berubah"? Sudah ketemu jawabannya? Yap. Betul. Jawaban Anda shahih!
Bila para calon belum mencapai titik kesepakatan, silakan selesaikan di ruang meja tertutup itu. Andai dalam penentuan mufakat itu ada "pemaksaan permufakatan jahat dan intimidatif" seperti ditulis Mas Yank, ya silakan selesaikan sebelum pengumuman atau setelah pengumuman lah (gugat hukum, misalnya).
Biarkan ruang sidang tetap sejuk sampai Konfercab berakhir. Bukan dengan cara-cara yang mengakibatkan terjadinya ๐๐๐๐๐๐๐๐ begitu. Kasihan kader-kader Ansor di ranting. Terlepas dari misi tulisan ini, saya bisa ajukan tanya, lebih penting mana antara adab dan ilmu pengetahuan atau PD/PRT? Saya menjawab: adab.
Dalam adab ada khidmah, dimana nafsu sebagai manusia --yang butuh dihormati-- rela ditanggalkan demi adab. Seorang santri rela ๐๐๐๐ ๐๐ก menemui kiainya loh, padahal, mereka sama-sama anak Adam. Santri seperti budak, kiainya bak raja. Seolah tidak ada kesetaraan dalam praktik adab.
Ilmu pengetahuan politik modern mana yang membenarkan praktik itu? Barangkali, hanya demokrasi lah yang berpeluang besar menuduhnya sebagai bentuk diskriminasi atau bahkan intimidasi. Demokrasi ๐๐๐ ๐๐๐๐๐ istilah adab seperti praktik ๐ก๐'๐โ๐๐ dalam tradisi pesantren di Nusantara. (Bacalah sejarah bentrok demokrasi dan monarkhi! - Kalau ngajak bahas ini, saya siap, asal tersedia kopi ๐ ๐๐ ๐ข๐๐๐๐๐๐๐๐๐. Haha).
Saya tidak setuju opini Mas Yank bahwa "adab tertinggi dalam organisasi adalah PD/PRT". Kalau adab ala Mas Yank diterapkan di Ansor, dan akhirnya terjadi perpecahan, misalnya, apa yang dimiliki organisasi? Perseteruan abadi yang tidak didukung pimpinan tertinggi? Itu tidak PD/PRT lagi namanya, tapi KDRT. Hahaha.
Ansor bukan partai politik Mas, yang sah dan bisa leluasa membuat rezimnya sendiri. Di Ansor ada adab dan warisan sanad ilmu yang butuh dilindungi.
"Dorongan penyelesaian secara aklamasi sejak awal telah diwacanakan, baik oleh Pimpinan Pusat, Wilayah, maupun Kabupaten. Tujuannya tidak lain ialah meredam friksi antar kandidat," tulis kang dosen Ahmad Saefudin, yang memiliki hak suara di Konfercab. Saat mengusung calon (tapi mundur), saya sudah mendengar kalimat ini dari elit Ansor di Jepara.
Baca: Wali Paidi Diperintah Mbah Sunan Ambil Duit Peziarah
Kalimat kang dosen di atas saya nyatakan sebagai jawaban atas Mas Yank yang berasumi kalau saya tidak "memahami suasana kebatinan PAC GP Ansor dan PR GP Ansor se-Jepara," yang membuat harapan peserta Konfercab "pupus seketika, karena tidak ada tahapan pemilihan ketua". Kang dosen adalah bagian dari "PR GP Ansor se-Jepara".
Menurut saya, perolehan rekomendasi pada hakikatnya adalah ๐ฃ๐๐ก๐๐๐ tertutup. Meski begitu, saya meyakini kalau mufakat adalah mekanisme politik kultural di NU yang bisa menjadi tameng dari para "mas-mas pemain" agar tidak leluasa bermanuver dengan kapitalnya.
Saya mengamini Gus Nadhif yang menyebut "polling dalam tradisi NU tidak etis". Agar etis dan beradab, mufakat lebih baik. Bukan dipaksa, tapi diminta supaya tetap bermufakat, agar yang kalah tetap diakomodasi, tetap bareng ngopi.
Kalau sudah diminta mufakat, dan semua calon bilang "iya", lalu berbalik bilang "tidak" saat hadir ke hadapan massanya, siapa sih yang sebetulnya "berpenyakit" ain? Rumput yang bergoyang tak akan mampu menjawab. Dia sedang butuh siraman agar kembali segar. [badriologi.com]
Keterangan:
Esai ini pertama kali dimuat penulis di akun Facebook pribadi pada Senin, 28 September 2021 (3 hari setelah Konfercab Ansor Jepara digelar).