 |
| Cover Buku Kerajaan Cirebon PDF. Foto: badriologi.com. |
Oleh M. Abdullah Badri
MEMBACA buku ini, kita serasa dibawa ke masa silam, dimana Cirebon memiliki perang penting penyebaran Islam, dimulai dengan momentum nikahnya Nyi Rorosantang atau Nyai Muda'im dengan Sayyid Abdullah (Raja Bani Isra'il, Mesir) yang kemudian melahirkan Syarif Hidayatullah dan Sayyid Nurulllah (adiknya, yang kelak menggantikan ayahnya di Mesir sebagai raja).
Tujuan pernikahan yang di-skenario-kan oleh saudara Raja Abdullah Mesir berjuluk Syaikh Quro (bersama Syaikh Datuk Kahfi dan Maulana Maghribi) tersebut tiada lain agar anaknya kelak, yakni Syarif Hidayatullah, bisa menggantikan posisi kekeknya Prabu Siliwangi (ayah Nyi Muda'im) sebagai penguasa di tatar Sunda.
Setelah diangkat sebagai penguasa Cirebon dengan pengakuan penuh dari saudaranya (Sunan Ampel), para dewan Walisongo, Sultan Demak (Raden Fatah) dan beberapa penguasa daerah, Syarif Hidayatullah dinobatkan langsung oleh pamannya, Pangeran Cakrabuana tepat pada 2 April 1482 sebagai. Dialah Raja Islam pertama di Cirebon. (hlm: 87). Tanggal ini diambil sebagai hari jadi Kota Cirebon.
===========
IDENTITAS BUKU
JUDUL: Kerajaan Cirebon
PENULIS: Didin Nurul Rosidin, MA., Ph.D.,dkk
PENERBIT: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
TAHUN: 2013
TEBAL: xii + 249 halaman
LINK DOWNLOAD: PDF Kerajaan Cirebon
===========
Mulai saat inilah Syarif Hidayatullah lebih dikenal sebagai Sunan Gunungjati. Pasalnya, sebelum jadi raja, beliau berguru ke banyak ulama terekat yang mengajarkan ilmu sejati. Misalnya, ia pernah berguru kepada Syaikh Tajuddin, atau Syaikh Najmuddin. Ia juga memiliki sanad tarekat Syadziliyah dan Al-Jauziyah (kelompok tarekat yang didirikan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah). (hlm: 78).
Ada dua kelompok orang yang tidak menerima penobatan itu. Mereka adalah Pangeran Panjunan dan Pengeran Caroban (anak Cakrabuana yang menobatkan Sunan Gunungjti Sebagai Raja Islam Cirebon). Disebut oleh Didin Nurul Rosidin dalam buku ini, keduanya terprovokasi Lemah Abang (Siti Jenar), guru mereka.
Untuk menghadapi ancaman kudeta santri Lemah Abang, Syarif Hidyatullah meminta bantuan Sultan Demak Raden Fatah agar mengirimkan Sunan Kudus (panglima perang Demak) bersama Sunan Kalijaga, yang didukung penuh pihak Giri Kedaton. Ia kemudian diadili di Cirebon dan diputus dengan hukuman mati. Jasadnya dikubur di Kemlaten. Tapi, atas permintaan murid-murid Siti Jenar, kuburan Siti Jenar dipindah ke Pengging.
Saat dipindah itulah jasad Siti Jenar diganti oleh Sunan Gunungjati dengan seekor anjing mati agar ajarannya tidak menyebar luas. Mulai saat itu, Sunan Gunungjati berkuasa penuh di Cirebon, dengan dukungan Demak dan Giri Kedaton.
Buku ini tidak menjelaskan detail wafatnya Syaikh Siti Jenar yang menurut cerita banyak orang, ada dialog "ora ana Allah, anane aku". Banyak fakta menarik dalam buku ini. Silakan download DISINI! [badriologi.com]
