 |
| Surat Al-A'raf ayat 29. Foto: badriologi.com. |
Oleh M. Abdullah Badri
Dulu. Duluuu banget. Ada seorang tokoh NU sowan ke pimpinan NU Jepara pasca Konfercab tahun 2021. Dia bertanya kepada elit NU tersebut tentang apa yang sebaiknya dilakukan ketika ada NU di tingkatan ranting mendirikan pondok pesantren.
Tanpa diduga, apa yang dijawab oleh sang pimpinan sangat bijak. Dia menyarankan supaya pengurus NU tidak perlu membuat ponpes baru atas nama NU. Ada banyak pesantren NU di Jepara yang kosong tak beroperasi lagi karena pengasuhnya wafat tanpa ada penerus. Itulah yang harusnya perlu dihidupkan. Begitu sarannya.
Jika qaulnya masih berlaku, alias tidak ada qaul jadid yang menggantinya, harusnya pimpinan NU Jepara tidak perlu lagi membangun Rumah Sakit baru bila ada gedung rumah sakit di beberapa lokasi yang tidak lagi beroperasi. Di dekat rumah saya ada kok. Begitu juga di tempat lain. Bahkan, di belakang Gedung NU sendiri, ada.
Bila mau berburu cepat memiliki Rumah Sakit berlabel NU, pimpinan NU di Jepara tidak perlu membangun RS baru. Cukup ambil alih pengelolaan gedung-gedung klinik atau RS yang sudah tidak beroperasi itu, umumkan ke warga NU, tarik iuran bertempo tanpa meminjam BMT, dan begitu dana sudah terkumpul, langsung eksekusi. Beres, dan tinggal mengatur manajerialnya. Meski di tahapan ini bakal ada dinamika dan problemnya, tapi saya yakin tidak seruwet seperti proses RSNU jadi RSU sekarang ini.
Bila bidayah pendirian RSNU sudah mulai ada problem, maka, bukan tidak mungkin bakal seperti itulah nihayah-nya (kacau bin balau). Kama bada'akum, ta'udun (sebagaimana kamu telah memulai, seperti itulah kalian akan kembali). Dalam suatu akad yang di awal sudah fasad (rusak), potensi bathil (batal) di akhir sangat mungkin terjadi.
Siapapun tidak mau aset NU hilang. Karena itulah, ada baiknya merenungi saran pimpinan NU Jepara kala itu, agar pengurus NU lebih bisa men-dayagukan aset-aset NU dan warganya yang mangkrak. Meski tidak ada transaksi yang menguntungkan makelar, setidaknya asas manfaat bakal tercapai di sana.
Ironis bila An-Nahdliyyun Mahjubun bi-Imamihim (wong NU terhijab oleh elitnya). Ora lucu banget bila imam-imam NU berdiri di atas menara gading kader NU yang, sitik akeh, mereka paham NU secara organisasi. [badriologi.com]
Bersambung....
