Antara Nadham Syiir Karya Kiai Zulfa Musthofa dan Kiai Imaduddin -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Antara Nadham Syiir Karya Kiai Zulfa Musthofa dan Kiai Imaduddin

M Abdullah Badri
Minggu, 29 Desember 2024
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
syiir karya imaduddin dan kiai zulfa musthofa cirebon
Taqthi' syiir karya KH. Zulfa Musthofa. Foto: dokumen penulis.


Oleh M. Abdullah Badri


KRITIK saya terhadap Qashidah Kiai Imaduddin berjudul "Asrorul Auliya'it Tis'ah" mendapatkan tanggapan lumayan. Yang sentimen, langsung kontra, lalu mengaitkan "tidak bolehnya" Kiai Imad dikritik. Yang bela Habib, koyo entuk amunisi, dan ikut nge-share.


Agar lebih imbang, saya mencoba mentaqthi' syiir Kiai Zulfa Musthofa yang disusun sesaat sebelum beliau mengisi pengajian di Ponpes Cipasung.


1. عَجِبْتُ مِنْ جِيْڤَسُݞْ عَلَى تَفَضُّلِهِ ۞ لِضَيْفِهِ مُكْرِمٌ عَظِّمْ مَشَايِخَهُ

2. وَعَالِمُ السُّنْدَوِيْ أَجْݞَنْ وَرُحْيَتِنَا ۞ مُسْنِدُنَا فِي الْعُلُوْمِ أَنْ تَنَوَّرْتَهُ

3. وَأَجْݞَنْ إِلْـيَسَا أَهَمُّ مَرْجَعِنَا ۞ وَبُنْيَـمِنْ قُدْوَةٌ سِيَّمَا خِدْمَتُهُ

4. لِنَهْضَةِ الْعُلَمَا مُسْتَمْسِكُوْنَ بِهَا ۞ إِنَّ الْمُحِبَّ لِمَا يُحِبُّ حَافِظُهُ

5. وَإِنَّمَا عَالِمٌ مَا دَامَ فِيْ خِدْمَةٍ ۞ لِهٰذِهِ الْجَمْعِيَةْ فَسَالِمٌ دِيْنُهُ

6. يَا رَبِّ بَارِكْ لَنَا وَكُلِّ مَنْ حَضَرُوْا ۞ بِبَرْكَـةِ الْمَعْهَدِي أَدِّمْ مَـحَبَّتَهُ


Enam bait di atas disusun dalam Bahar Basith, sebagaimana Kiai Imad dalam "Asrorul Auliya'it Tis'ah" juga. Sejak awal bait, Kiai Zulfa pakai zihaf, dimana wazan yang seharusnya mengikuti taf'ilat مُسْتَفْعِلُنْ tapi terpaksa pakai مُتَفْعِلُنْ. Ini boleh, dan dinamai Zihaf Khobn (membuang huruf kedua [س] yang mati). Bagi saya, zihaf sejak awal tidak berpengaruh atas keindahan syiir bila masih sesuai kaidah wazan yang dibolehkan.


Syiir menjadi قبيخ (jelek) bila sudah keluar dari wazan yang diperbolehkan dalam Ilmu Arudl, seperti saya urai dalam kritik syiir Kiai Imad kemarin itu. Syiir Kiai Zulfa di atas tetap berada di koridor kaidah Bahar Basith Ilmu Arudl. Dan menurut saya, Kiai Zulfa lebih teliti dalam bersyiir. Padahal, ada kalimat ajam (non arab) juga dalam syiir di atas. Misalnya, kata "Cipasung" dan "Ajengan".


Ketelitian Kiai Zulfa setidaknya terlihat ketika:


1. Memilih kapan membaca panjang.

Ini terlihat di bait ketiga dalam kata إِلْـيَسَا yang harusnya Ilyas saja, dengan sukun, karena itu adalah isim alam (nama). Kiai Zulfa tahu, kalau tidak dibaca dengan fathah panjang, nadhom akan gadhok. Menghidupkan yang mati (contoh lain: لَمْ نَطْلُبِ) sangat dibolehkan sebagai darurat syiir. Apalagi untuk isim alam.


2. Memilih kapan membaca sukun (mati) huruf hidup.

Ini terlihat di bait kedua dalam kata سُنْدَوِيْ, yang harusnya dibaca "sundawiyyi", tapi Kiai Zulfa membaca sukun. Dia tahu, kalau tidak dibaca sukun, kata itu bakal keluar dari wazan yang dibolehkan dalam Bahar Basith.


3. Memilih kapan baca khofif atas kata yang ditasydid.

Ini terlihat dalam bait kelimat pada kata jamiyyah (الْجَمْعِيَةْ) yang harusnya dibaca "jamiyyati" -dengan tasydid dan kasroh. Bila disukun dan tasydidnya masih bunyi, kata itu akan mengikuti wazan فَاعِلُنْ. Bila tidak disukun, kata itu bakal mengikuti wazan terlarang فَاعِيْلُنْ Bahar Basith seperti digunakan Kiai Imad.


Zihaf-zihaf yang dipakai Kiai Zulfa dalam enam syiirnya di atas tetap salimah (sesuai) menurut Ilmu Arudl, kecuali di bait ke enam, pada kata مَعْهَدِ. Saya tidak tahu, apakah setelah huruf "dal" ada tambahan "ya'" bengkong pada teks aslinya. Sebab, saya menulis teks berdasarkan ucapan Kiai Zulfa di Youtube.


Bila teks aslinya ada tambahan ya' bengkong (مَعْهَدِي), maka sudah sesuai wazan Bahar Basith, yakni: فَاعِلُنْ. Bila tidak, ada yang tidak salimah.


Beda dengan karya Kiai Imad yang share-share ran-nya sudah berupa teks, sehingga bisa langsung dipastikan selamat tidak-nya wazan syiir yang dibuat. Apalagi sudah jadi lagu di Youtube.


Walhasil, semua syiir Kiai Zulfa selamet menurut Ilmu Arudl -dan tidak ada yang keluar dari wazan yang dibolehkan, kecuali satu kata di baris ke-enam. Itupun masih syubhat dalam analisa saya. Kalau disusun mendadak, ada yang gadhok satu kata, sudah wajar.


Untuk detail taqthi' enam nadham Kiai Zulfa di atas, silakan baca via gambar yang sudah saya siapkan di atas postingan ini. Soal terjemahnya, cari sendiri bila nemu. [badriologi.com]


Keterangan:

Esai ini pertama kali dimuat pada 28 November 2024 di akun Facebook pribadi penulis. 

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha