Hancur Struktur Syiir Walisongo Kiai Imaduddin Banten -->
Cari Judul Esai

Advertisement

Hancur Struktur Syiir Walisongo Kiai Imaduddin Banten

M Abdullah Badri
Minggu, 29 Desember 2024
Flashdisk Ebook Islami

Jual Kacamata Minus
teks syiir imaduddin tentang walisongo yang rusak struktur
Taqthi' syiir Kiai Imaduddin yang amburadul. Foto: dokumen penulis.


Oleh M. Abdullah Badri


TANPA sengaja, malam Rabu kemarin, adik kelas saya di TBS datang ke rumah, ngobrol asik hingga sampai pada rasan-rasan syiir buatan Kiai Imaduddin yang diberi judul Asrorul Auliya'it Tis'ah (Rahasia Walisongo). Beberapa orang mengkritik syiir itu karena isinya mengandung unsur doakan keburukan kepada orang lain. 


Menurut saya, syiir tersebut tidak bisa disebut sholawat. Pasalnya, sanjungan kepada Rasulullah Saw tidak ditemukan kecuali hanya sekedar berkirim salam dan shalawat. Itupun di syathar (baris) paling akhir saja. Tak satupun dari ratusan nama Nabi Muhammad yang disebut Kiai Imaduddin. 


Mayoritas isinya hanya berisi tawassul standar kepada Walisongo. Standar maksudnya adalah tidak menggunakan ungkapan artistik yang mudah ditangkap oleh hati pembaca dan denganya, hati terenyuh, seperti Burdah Al-Bushiri yang masyhur itu. 


Kiai Imad sepertinya menggunakan wazan (nada) bahar (tembang) yang dalam Bahasa Arab disebut Basith, laiknya nadham Burdah Bushiri. Sayangnya, setelah saya taqti' (saya potong-potong sesuai wazan), struktur nadhamnya banyak yang hancur. 


Seperti tembang Macapat Jawa yang ada pakem gatra, lagu, wilangan (dan lainnya), tembang syiir Arab juga memiliki rumus pakem, yang disebut sebagai wazan. Ada 16 jenis tembang Arab yang memiliki pakem, dan sudah diulas para pakar dalam Ilmu Arudl. Ini ilmu langka, yang jarang digeluti oleh para santri dan kiai. Saya mempelajarinya di kelas 2 MTs TBS Kudus.

  

Dalam Bahar Basith (البحر البسيط), wazannya ialah مُسْتَفْعِلُنْ فَاْعِلُنْ yang diulang empat kali, seperti berikut ini: 


مُسْتَفْعِلُنْ فَاْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ فَاْعِلُنْ ۝ مُسْتَفْعِلُنْ فَاْعِلُنْ مُسْتَفْعِلُنْ فَاْعِلُنْ


Potongan dari مُسْتَفْعِلُنْ dan فَاْعِلُنْ di atas disebut sebagai taf'ilat. Dalam membuat syiir, taf'ilat itu bisa diubah asalkan tidak keluar dari pakem Ilmu Arudl. Bila keluar pakem (syadz), nilainya qobih (jelek). Andai dilagukan pun, bakal nggadoq, ora penak ning kuping. 


Dalam pakem Ilmu Arudl, taf'ilat مُسْتَفْعِلُنْ Bahar Basith hanya bisa diubah menjadi مُتَفْعِلُنْ (disebut zihaf khobn), مُسْتَعِلُنْ (disebut zihaf thoyy), مُسْتَفْعِلُ (namanya zihaf kaff). Bila مُسْتَفْعِلُنْ diubah selain kepada tiga macam taf'ilat tadi, struktur Bahar Basith-nya tidak sah, dan pasti berantakan.

  

Anehnya, Kiai Imad tidak menggunakan pakem tersebut. Di taf'ilat syiirnya, wazan مُسْتَفْعِلُنْ berubah menjadi: مُتَفْعِيْلُنْ ,مُسْتَفْعِيْلُنْ ,فَعِلَاتُنْ ,مُفَاعِلُنْ ,مُفْتَعِيْلُنْ ,مُتْفَعِيْلَتُنْ ,مُتَفَاعِ dan bahkan sampai menyimpang ke wazan bahar lain, seperti مُتَـفَاعِــلُنْ (yang khusus untuk Bahar Kamil saja), فَاعِلَاتُنْ (hanya untuk Bahar Madid, Bahar Romal dan Bahar Khofif) dan فُعُوْلُنْ (yang lazimnya untuk wazan Bahar Thowil dan Bahar Mutaqorib). 


Sementara itu, wazan pakem فَاْعِلُنْ yang hanya bisa diubah secara arudli ke فَعِلُنْ atau فَعِلُ (khusus untuk taf'ilat keempat -terakhir- dalam Bahar Basit seperti di Qashidah Burdah), isa-isanya, di tangan Kiai Imad, wazan itu berubah ke wazan yang jauh lebih penyimpang, seperti: فَاعِيْلُ ,فــَعِيْلُنْ ,فَاعِيْلُنْ ,فَاعِلُ ,فَعِلَتُنْ ,فُعُوْلُنْ ,فَاعِلَتُ. Semua wazan tersebut tidak dikenal sebagai taf'ilat dalam Arudl kecuali فُعُوْلُنْ, yang hanya ada yang Bahar Thowil dan Mutaqorib.

 

Darurat syiir tidak bisa dijadikan alasan pembenaran atas penyimpangan syiir tersebut. Darurat itu ada syaratnya, dan hanya berlaku khusus, terutama untuk akhir nadhoman saja (tidak boleh tasahul di tengah syiir atau bagian hasywu-nya). 


Salah satu syarat darurat syiir ialah tidak boleh menyimpang dari Ilmu Nahwu pakem. Contoh: fa'il dibaca nashob, itu tidak bisa dibenarkan dengan alasan darurat. Yang boleh ditoleransi ialah: takhfif musyaddadah, taskin muharrakah al-mafhumah, taqshirul madd, fakku madd, hadzfu ya' nida'. Kalau mengubah wazan, itu bukan darurat lagi, tapi penyimpangan. 


Saya menduga, penyusunan syiir Asrorul Auliya'it Tis'ah hanya mengikuti irama yang dihapal Kiai Imad saja. Dia tidak mengikuti ilmu Arudl. Wajar bila Anda menemukan lagu-lagu syiir Kiai Imad yang sudah dibuat videonya itu, bakal nggadoq, rusak, kuping rak penak, walau dipas-paske dengan aneka macam nada syiir Burdah yang beredar. 


Anda hanya bisa melagukannya dengan cara memanjangkan yang pendek atau memendekkan yang panjang. Kalau antum tak percaya, jajal baca syiir di bawah ini pakai lagu Maulaya Sholli wa Sallim Da'iman Abada:


1. يَا رَبَّ بِالْمَالِكِ احْفَظْنَا وَلَا تَجْعَلَنْ ۞ مَنْ لَا يَرَانَا بِحُبِّ مَالِكَ الْأُمَمِ (صحيح)

2. يَا رَبَّ بِالرَّحْمَةِ ارْحَمْنَا وَلَا تُعْطِيَنْ ۞ سَبِيْلًا لِلْأَعْدَاءِ لِتَفْرِيْقِ الرَّحِمِ (شاذ)

3. يَا رَبَّ بِالْمَخْدُوْمِ لِنَهْضَةِ الْعُلَمَا ۞ أُنْظُرْ وَلَا تَتْرُكَنَّ خِدْمَةَ الْحِكَمِ (شاذ)

4. يَا رَبَّ بِالْقَاسِمِ اقْسِمْ لِـجَمْعِيَّتِنَا ۞ قَسْمًا عَلَى جَمِيعِ الْأَعْدَاءِ يَحْتَكِـمِ (شاذ)

5. يَا رَبَّ بِالْجَعْفَرِ خَلِّصْ عَقِيْدَتَنَا ۞ مِنْ شُبَهِ الْوَهَّابِيَّةْ كُلِّ مُجْتَسِـمِ (شاذ)

6. يَا رَبَّ بِالْعَيْنِ اجْمَعْ كُلَّ حَبِيْبٍ لَنَا ۞ تَحْتَ ظِلٍّ وَاحِدٍ مُبَارَكِ اللَّقَمِ (شاذ)

7. يَا رَبَّ بِالشَّهِيْدِ احْقِرْ كُلَّ حَاسِدِنَا ۞ وَكُلَّ طَرْفٍ مِنْهُمْ وَلِسَانِ شَتَـمِ (شاذ)

8. يَا رَبَّ بِالْعُمَرِ سَاعِدَنْ مَا طَلَبْنَا ۞ سَهِّلْ بِهِ وَارْضَيَنْ يَا وَاسِعَ الْكَرَمِ (شاذ)

9. يَا رَبَّ بِالشَّرِيفِ أَعْطِنَا كُلَّ الشَّرَفِ ۞ وَكُلَّ خَيْرٍ لَنَا مَرْقًى لِمُسْتَنِـمِ (شاذ)

10. يَا رَبَّ بِالنَّوَوِيِّ ارْحَمَنْ مَشَايِخَنَا ۞ وَعَطِّرَنَّ قُبُوْرَهُمُوْ بِالنِّعَمِ (شاذ)

11. يَا رَبَّ بِالْخَلِيْلِ افْتَحْ كُلَّ طَالِبِنَا ۞ وَاجْعَلْ هُمُوْ خَيْرًا مِنَّا وَخَيْرَ الْأُمَمِ (شاذ)

12. يَا رَبَّ بِالْهَاشِمِ اقْبَلْ كُلَّ مَا دَعَوْنَا ۞ صَلَاتُهُ وَالسَّلَامُ لِأَكْرَمِ الْأُمَمِ (شاذ)


syiir kiai imaduddin asror auliya tis'ah yang amburadul
Taqthi' syiir Walisongo Kiai Imaduddin. Foto 01.

teks syiir walisongo kh imaduddin usman yang salah kaprah
Taqthi' syiir Walisongo Kiai Imaduddin. Foto 02.

cara mengetahui bahar syiir arab dengan taqthi' yang benar
Taqthi' syiir Walisongo Kiai Imaduddin. Foto 03.


Bila ada yang tidak setuju dengan uraian saya soal kritik syiir Kiai Imad di atas, silakan baca tesis saya (nggaya niru dekne) di bawah postingan. Karena sudah hancur, ya tak perlu dibaca sebagai sholawat dan wasilah.


Sejak dari strukturnya, wis kadung ngisin-ngisini kiai-kiai Nusantara yang mengajar Ilmu Arudl. Orang Arab yang tahu sastra bakal guyu ngekek kejungkel-kejungkel membaca Qashidah syiir Kiai Imaduddin itu. 


Aku yo isin kok. Ono kiai kok pede begete ngunu. Harusnya sabar di-tashih dulu, baru sebar. Tidak asal di-ijazahkan li-man sya'a, di pengajian umum. [badriologi.com]


Keterangan:

Esai ini pertama dimuat pada 27 November 2024 di akun Facebook pribadi penulis.

Flashdisk Ribuan Kitab PDF

close
Iklan Flashdisk Gus Baha