Makam Mbah Ngarsepen bin Rakka di Mantingan. Foto: dok. pribadi. |
Oleh M. Abdullah Badri
DI Desa Mantingan (Jepaten), ada tiga pasang nisan makam tua yang hari-hari ini baru dibangun warga. Letaknya ada di bawah pohon besar. Buahnya bulat, coklat hitam, seukuran kelereng, dan bila dimakan berasa asam, agak manis dan sedikit wangi.
Ada yang menyebut pohon itu dengan nama Trenggulun atau Trengguli. Saya tidak ahli nitik pohon. Usia pohon itu katanya bisa mencapai ratusan tahun. Buahnya pun bisa digunakan untuk mengatasi rematik.
Nisan makam itu sepertinya juga terbuat dari karang, yang dikenal tahan lama dan mudah dibentuk. Kekuatan karang memang sekuat batu, tapi mudah dibentuk.
Semoga saja nisan tiga makam itu tidak diubah. Pohon juga tetap disisakan sebagai saksi bisu sejarah.
Yang dimakamkan di sana ada tiga orang:
- Mbah Ngarsepen bin Rakka (asli India), mantan prajurit Kalinyamat Jepara. Pernah perang ke Malaka. Makamnya ada di luar tembok batas makam.
- Mbah Sartali (keturunan India, saudagar pakaian, menantu Mbah Ngarsepen bin Rakka).
- Nyi Srigati (anak tunggal Mbah Ngarsepen dari istrinya Ngasirah asli Cirebon. Dia adalah istri Mbah Sartali. Memiliki anak bernama Damar).
Tentang kisah ketiga wali qoryah tersebut, insyaAllah saya tulis kapan-kapan saja. Naliko siro lali, ingsung nembe nulis. Hehe. [badriologi.com]