![]() |
Foto: Makam Datuk Jokosari Ngabul, Tahunan, Jepara. |
Oleh M. Abdullah Badri
NAMA kecilnya Asy'ari. Dia sayyid, anak seorang raja di Aceh. Para muridnya dulu tidak ada yang mengetahui nama kedua orangtuanya. Terkisah, dia merantau ke luar nagari Aceh sebab tahta diserahkan kepada adiknya. Dia menuju Kudus, sesuai hasil istikharah.
Bersama seorang saudari kandung, Asy'ari melaut dari Aceh, dan enam bulan kemudian dia sampai di Caruban (sekarang Cirebon). Di sini, dia ikut numpang hidup ke beberapa kerabatnya di Cirebon. Ya, dia masih kerabat penguasa Cirebon maupun Banten.
Di Cirebon, Asy'ari juga pernah ikut angkat junjung ke saudagar Cina dan diberi hadiah Ayam Cemani. Dari Cirebon, Asy'ari jalan kaki menuju Kudus, melewati hutan belantara. Tujuan utamanya ke Kudus. Atas nama keamanan, saudarinya tidak diajak, dan menyusul di lain hari.
Di Kudus, dia berguru kepada Syaikh Ja'far Shadiq Sunan Kudus. Amiruddin Hamzah Mukholil (Potroyudan) adalah adik angkatan tunggal guru di Kudus. Setelah boyong, dia menuju Jepara.
Sesampainya di Kampung Siseh Kali (sekarang Ngabul), dia bertemu Mbah Endang, alias Mbah Gembeng. Dinamai Gembeng karena hatinya terlalu halus. Saat bisa merasakan nikmatnya shalat misalnya, Endang menangis. Makamnya ada di belakang Gedung NU Ngabul.
Mbah Gembeng inilah yang memberi fasilitas tinggal berupa Joglo "Omah Meh Ambruk". Di tempat ini, Kiai Asy'ari mulang ngaji. Banyak anak prajurit dititipkan ngaji di Joglo yang hampir roboh itu.
Lama-lama, muridnya banyak. Turun naik 40an orang. Ada yang bernama Subandi, Rohmat Hasyim, Abdul Kafi, Karsono, Mbolem, dan lainnya. Sahabat karib yang kadang main ke sana antara lain Mbah Gimbal, Mbah Laduni, Joko Samudra, Datuk Subuh, dan lainnya.
Karena Kiai Asy'ari sering terlihat tidur, turunan, ngantukan, murid dan warga Siseh menyebutnya Mbah Sare. Dipanggil Mbah Joko sebab tak pernah menikah (joko). Banyak perempuan yang sebetulnya mau dinikah, antara lain Mbok Satirah, tapi, Mbah Sare tak pernah mau. Disebut datuk karena dia keturunan Aceh.
![]() |
Pre-Order Buku Datuk Jokosare. |
Di usia sepuh, saat dia akan membangun masjid di Kampung Siseh, Datuk Jokosare justru mendapat tugas khusus ke Gresik. Muridnya diboyong oleh Karsono (Mbah Bulus) ke Bulungan.
Datuk Jokosare (Joko Asy'ari) wafat di Gresik. Dimakamkan di sana bersama dua sahabatnya, Mbah Gimbal dan Demang Mayong. Petilasannya pun dibangun makam, seperti sekarang.
Mitos dan kisah tokoh auliya' yang terkait dengan Datuk Jokosare sudah saya tulis dalam bentuk buku. Judulnya "Jejak dan Kisah Syaikh Asy'ari (Datuk Jokosari, Ngabul, Jepara)". Tebalnya 144 halaman. [badriologi.com]
