![]() |
Makam Mbah Amir Hamzah di Potroyudan, Jepara. Foto: dok. pribadi. |
Oleh M. Abdullah Badri
DESA Potroyudan memiliki tokoh akal bakal atau cikal bakal bernama Mbah Amir Hamzah. Nama lengkapnya Amiruddin Hamzah Mukholil bin Argo Rekso. Dia asli Madura. Istrinya, Sulasih, asli Gresik, seorang pendekar juga.
Di usia mudanya, Amiruddin adalah pimpinan warok, yang memiliki kebiasaan ngecu atau ngecok (cari sendiri artinya yah).
Namun, saat duel dengan Kiai Hasan Hamid dari Gresik, dia kalah. Dia harus taat pada kiai pendekar dari Gresik tersebut.
Setelah menikah dengan Sulasih, Kiai Hasan Hamid memerintah Amir supaya berguru syariat kepada Sunan Kudus. Meski tak suka nyantri, mau tidak mau, dia harus nurut.
Di Kudus, dia adalah yunior santri Datuk Jokosare Ngabul. Amiruddin selalu mencari kesibukan saat Kanjeng Sunan Kudus ngaji. Datuk Jokosare lah yang sering membela saat adik yuniornya dicari-cari Sunan Kudus.
Amiruddin sempat diajak hijrah bersama di Ngabul oleh Datuk Asy'ari. Tapi, Amiruddin lebih memilih mukim di daerah yang kala itu masih gung liwang liwung. Sekarang dinamai Potroyudan.
Mbah Amir Hamzah memiliki belasan santri setia. Antara lain Rohman Anwar dan Abdul Kafi, yang sempat nyantri ke Datuk Jokosare juga di Kampung Siseh Kali (sekarang Ngabul).
Dia wafat di malam Jumat Bulan Setugel. Sebagai tanda taubat dari masa lalu, putra pertamanya dinamai Lengser (luntur). Artinya, putranya adalah penanda lunturnya dosa-dosa.
Kisah agak lengkapnya, nanti di Buku "Jejak dan Kisah Wali di Jepara". Ditunggu saja. Wallahu a'lam. [badriologi.com]
