![]() |
Makam Kiai Leseh Banyumanis, Donorojo, Jepara. Foto: istimewa. |
Oleh M. Abdullah Badri
MBAH Leseh yang dimakamkan di Banyumanis adalah kiai kelahiran Jasinga, Bogor. Nama aslinya Joko Glagah. Ayahnya bernama Ujang Japrak dan ibunya Sri Manganti. Kakeknya bernama Suro Palohan.
Dia menikah dengan Nyai Sekar Arum binti Ahmad Sujana dan dikarunia tiga orang anak. Tak ada yang berketurunan di Jepara. Pasangan kiai dan bu nyai itu hijrah ke Jepara untuk berdakwah ke pesisir Utara yang saat itu disebut kampung Watu. Misi ini adalah perintah guru.
Sesampainya di Desa Siseh Kali (Ngabul), keduanya mampir di warung Nyi Satirah. Melalui Nyi Satirah, keduanya ditemukan dengan Datuk Jokosari, yang kemudian diajak pindah ke Watu, namun Jokosari menolak halus karena saat itu penduduk Watu disebutnya sebagai "wong angel dikandani".
Datuk Jokosari akhirnya hanya menitipkan dua santrinya, Subandi dan Rohmat Hasyim (Sayyid Ustman, Mandalika) untuk menemani dakwah keduanya dan membantu bercocok tanam ketela dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di kampung Watu, Kiai Joko Glagah yang suka makanan Hawuk tersebut membangun langgar yang terbuat dari kepang. Hasilnya, ada puluhan penduduk Watu yang dimuallafkan. Jama'ah langgar berkembang hingga 60an orang.
Karena ngajinya lesehan, duduk di lantai kepang, Joko Glagah disebut sebagai Kiai Leseh. Sayang, sejak ada ndas kuning Postugis berkemah di dekat laut sana dan melakukan gerakan kristenisasi, muridnya banyak yang murtad.
Mereka tergiur dengan roti postugis, yang saat itu asing untuk mulut Jawa. Untuk melawan gerakan ndas kuning, Nyai Sekar Arum sampai mentransfer kekayaan keluarganya di Sunda sana, ke Jepara. Sayang, hal ini tidak berhasil mengembalikan iman mantan muridnya yang tergiur roti itu.
Kiai Leseh memfatwa haram roti Postugis. Langgar Mbah Leseh pun dihancurkan ndas kuning. Dia diseret kuda serdadu para penjajah itu hingga lengan kirinya hampir putus. Subandi dan Rohmat Hasyim membawa lari gurunya hingga ke Banyulegi (sekarang Banyumanis).
Mbah Kiai Leseh wafat Sabtu Sore di Bulan Apit. Demikian bocoran sekilas kisah singkat Kiai Leseh.
Tentang kisah banyu yang legi, si Kalong Kuning dan sungai Wangkong, ada di Buku "Jejak Kisah Datuk Jokosari Ngabul" (sudah terbit) dan "Kisah dan Jejak Wali di Jepara" (belum terbit). Wallahu a'lam. [badriologi.com]
